Soloevent.id – Hari kedua penyelenggaraan Solo International Performing Arts (SIPA) 2018, Jumat (7/9/2018), ada sepuluh penyaji yang akan tampil. Mereka bakalan menyuguhkan tari, teater, dan pertunjukan musik.
Beberapa penampil akan mengajak penonton menuju tempat-tempat yang mungkin belum pernah dikunjungi sebelumnya, seperti Zimbabwe, Burma, Filipina, lengkap dengan latar belakang penciptaan karya yang berlainan.
Tak hanya tentang budaya, tiap-tiap penampil juga punya pembahasan berbeda dalam karya-karyanya, seperti pencarian jati diri, petualangan, kritikan kepada orang-orang yang tak punya peri kemanusiaan, dan lainnya.
Inilah daftar lengkap pengisi acara SIPA 2018 di hari kedua.
Sore:
Holobis (Solo)
Pernah mendengar Temon Holic? Nah, Holobis merupakan kelompok yang dibentuk dari Temon Holic. Kelompok ini sekaligus menjadi wadah berekspresi bagi para pencinta dangdut koplo, campursari, atau jenis musik lainnya yang punya irama kendang, ketipung, tabla, dan alat musik sejenis. Ekspresi itu ditampilkan lewat gerakan-gerakan unik yang menghibur.
Flying Balloons Puppet (Yogyakarta)
Judul: “Sori dan Lembuna”
Grup teater boneka asal Yogyakarta ini terbentuk tahun 2015 oleh Rangga Dwi Apriadinnur. Flying Balloons Puppet sudah menelurkan tiga pementasan tunggal. Di SIPA 2018, kelompok ini akan menampilkan karya terbarunya.
Reog Singo Yogo Banyuanyar
Jika biasanya kelompok kesenian reog kebanyakan beranggotakan orang dewasa, beda halnya dengan Reog Singo Yogo. Karena grup yang didirikan oleh Priyono ini mayoritas anggotanya adalah anak-anak.
Malam:
Diklat Tari Anjungan Jawa Timur, TMII (Jakarta)
Judul karya : “Kubus”
“Kubus” menceritakan perbandingan jiwa terjajah dan merdeka dalam kehidupan.
Citra Nuranteni Putri (Bandung)
Judul Karya : “CH3 (Cepot Hamot Hamong Hamemangkat)”
Indonesia terkenal dengan keragaman seni budaya, tetapi itu bisa saja tergerus dengan semakin melajunya perkembangan zaman. Di karya ini, Cepot digambarkan menjadi contoh orang yang mencari solusi tentang cara mempertahankan budaya. Lewat “CH3”, Citra ingin memberi pesan bahwa perasaan cinta kepada budaya harus ditularkan.
Komunitas Seni Jati Swara (Surabaya)
Judul Karya : “Rai Gedhek”
Dalam bahasa Indonesia, ungkapan rai gedhek sering digunakan kepada orang yang tak tahu malu. Pementasan ini merupakan kritikan Komunitas Seni Jati Swara terhadap orang-orang yang kehilangan naluri positif, misalnya koruptor, orang yang tak berprikemanusiaan, penjarah kekayaan alam, dll.
Leinerobana Dance Company (Belanda)
Judul Karya : “Light”
Tarian ini menceritakan bagaimana perbedaan budaya bukan menjadi halangan untuk berinteraksi dan berkresasi. Malahan perbedaan-perbedaan itu menciptakan ide-ide baru.
Supa Kalulu, Music of Zimbabwe and Beyond (Zimbabwe, Amerika Serikat, Rusia, Jerman)
Kelompok musik berisi 12 orang ini bakal membawakan enam lagu di panggung SIPA 2018, yakni “Todzungaira”, “Zvichapera”, “Nyama Musango”,” Vanorapa”, “Bangidza”, “USA Cheme”. Lagu-lagu itu berasal dari Suku Shona di Zimbabwe, dan dimainkan dengan alat musik marimba dan mbira yang dipadukan instrumen modern.
Capitol University Dance Troupe (Filipina)
Judul Karya : “Kalinaw Mindanaw” atau “Peace Mindanao”
Grup tari ini kepingin menyebarkan cinta dan perdamaian lewat karyanya. “Kalinaw Mindanaw” bercerita tentang tiga prajurit yang punya latar belakang kepercayaan berbeda, tetapi mereka saling bahu-membahu untuk menguatkan dan menyelesaikan misi sebagai tentara Filipina. Karya ini bertar waktu pengepungan Marawi pada Juni 2017 lalu.
Stefano Fardelli (Italia)
Judul Karya : “Namu”
Perjalanannya ke Burma menjadi inspirasi terciptanya “Namu”. Saat bertemu dengan biksu dan murid seni bela diri, Stefano mempelajarinya. Hasilnya, ia menciptakan koreografi yang terinspirasi dari latihan dan upacara mereka.
Foto penampil: sipafestival.com