Soloevent.id – Mudjo Setiyo namanya. Kamis-Jumat (28-29/4/2016) ini, sang seniman senior asal Wayang Orang Bharata tersebut bakal menjajal kemampuannya menari 24 jam non stop di acara Solo 24 Jam Menari 2016.
Dalam acara perayaan Hari Tari Dunia itu, seniman berusia 60 tahun ini membawakan tiga karyanya. Karya pertama adalah “Sejatining Urip”, yang dipentaskan di pembukaan Solo 24 Jam Menari 2016. Mudjo menjelaskan, repertoarnya itu menceritakan tentang seseorang yang melakukan introspeksi diri.
“Bahwa hidup itu harus banyak hati-hati, tidak mencemooh orang lain, dan menghindari hal-hal negatif,” terangnya saat ditemui sebelum upacara pembukaan Solo 24 Jam Menari 2016 di Rektorat Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Kamis (28/4/2016) sore.
Karya itu didasari pada pengalaman dirinya. Memasuki kepala enam, Mudjo sering mengoreksi diri. Walaupun bertempo pelan, tetapi dalam “Sejatining Urip”, Mudjo memberikan ketegasan lewat sentuhan silat khas Betawi.
“Manunggaling Budi lan Karso” merupakan judul kedua yang disajikan. “Inti cerita dari karya ini adalah ibarat menyatukan negara-negara PBB [Persatuan Bangsa-bangsa]. Disatukan supaya tidak terjadi peperangan yang memakan banyak korban,” tutur dia. Karya yang diberi pendekatan wayang orang ini dipentaskan pada Jumat dini hari.
Sedangkan karya ketiganya adalah “Satriya Piningit”. Dalam karyanya ini, Mudjo mengambil cuplikan cerita Damar Wulan dan Minak Djinggo. “Karena Damar Wulan itu anak desa, dan akhirnya berhasil menjadi raja Majapahit,” jelasnya. Karya ini bakalan dipentaskan pada Jumat siang.
Selama menari 24 jam, Mudjo juga bakal menggunakan tarian-tarian Nusantara yang sempat ia pelajari sewaktu remaja, sebagai bahan improvisasi.