Karya Masterpiece Sapardi, Hujan Bulan Juni, Difilmkan

1320

HUJAN-BULAN-JUNI-01

 

Soloevent.id“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu pada api yang membuatnya lapuk.”

 

Itulah salah satu penggalan puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono yang dibacakan oleh salah satu penggemarnya. Pada Rabu (27/9/2017), lantai 1 Gramedia Slamet Riyadi dipenuhi penggemar Sapardi yang akan melakukan meet & greet dan booksigning.

 

Pukul 17.00 WIB, penyair “Hujan Bulan Juni” ini hadir. Dirinya menceritakan bagaima proses diangkatnya “Hujan Bulan Juni” ke layar lebar. Sapardi mengatakan film Hujan Bulan Juni disokong penuh oleh pemerintah Manado serta dibintangi Velove Vexia dan Adipati Dolken.

 

“Kalau filmnya bagus ya berarti novelnya bagus. Kalau filmnya jelek ya berarti salah filmnya, bukan novelnya yang jelek,” kelakarnya.

 

HUJAN-BULAN-JUNI-03

 

Sapardi mengaku tidak terlibat dalam pembuatan film tersebut. Mulai dari isi cerita hingga pemilihan pemain, ia bebaskan pada tim produksi film. Walau Sapardi enggan berkomentar soal film Hujan Bulan Juni, ia menjamin secara fotografi dan scene-nya bakalan bagus karena indahnya pemandangan Kota Manado tertangkap dengan apik.

 

Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai penyair hujan karena beberapa puisinya bertemakan hujan. Lelaki kelahiran Solo, 20 Maret 1940 ini mulai menulis sejak kelas 2 SMA. Total sudah 14 bukunya yang terbit, Melipat Jarak dan Manuskrip Sajak adalah bukunya yang terbaru.

 

Khusus untuk Manuskrip Sajak, Sapardi menceritakan saat beres-beres rumah ia menemukan manuskrip puisi yang dibuat tahun 1957, yang masih ditulis tangan. Pikirnya pada saat itu iadalah sayang jika dibuang, tapi belum tahu mau diapakan.

 

HUJAN-BULAN-JUNI-04

 

Lalu dibantu seniman Indah Tjahjawulan karya tersebut dijadikan buku. Di sini pembaca bisa tahu bagaimana proses kreatif Sapardi menulis, mulai dari menulis dengan tangan, mesin ketik, PC, sampai laptop.

 

“Perbedaanya pas tulis tangan bisa saya coret, dan coretannya masih ada bisa terbaca. Ini jejaknya. Kalau mesin ketik kan tidak ada, jadi kalian bisa tahu ternyata Sapardi dulu tuh cengeng to,” katanya.

 

Di akhir acara ia pun menjanjikan memberi Manuskrip Sajak pada penggemar yang membuat catatan tentang buku-bukunya.

 

 

Teks & foto: Yasinta Rahmawati