Soloevent.id – Siapa tak kenal payung? Â Bisa dibilang payung bukan hanya benda pelindung guyuran air hujan dan terik matahari. Lebih dari itu, payung merupakan benda yang selalu ada dari waktu lampau hingga sekarang. Di beberapa era, payung menjadi simbol kebangsawanan.
Umbrella, begitulah mereka menyebut payung dalam bahasa Inggris. Kata Umbrella terdengar indah. Saat mengucapkannya, pikiran melayang ke payung putih berenda seperti yang dipegang oleh perempuan ningrat Eropa di masa lalu  yang dokumentasinya terekam dalam beberapa foto hitam putih yang ada di buku sejarah bangsa ini.
Sewaktu perempuan bertopi beludru dan bergaun rok lebar itu memegang payung, tak jauh darinya ada perempuan pribumi berkain kemben tampak kepanasan karena ia tak punya payung atau pun topi. Malah kadang perempuan pribumi itu memegangkan payung dan memberi keteduhan bagi si perempuan Eropa berkulit putih.
Selain sebagai simbol status sosial, payung juga menjadi inspirasi dalam berkarya. Tari Bondan salah satunya. Tarian khas Solo ini ditarikan seorang bocah dengan menggendong boneka di bahu kiri dan tangan kanannya membawa kendi dari tanah liat. Payung yang sedang mekar menyender di pundaknya.
Di tengah tarian, kaki si bocah menaiki kendi itu sambil terus menari. Lalu di akhir tarian, kendi dari tanah  itu dipecahkan. Tari Bondan adalah tarian klasik yang jarang dipertunjukkan lagi. Dulu tari itu sering dipertunjukkan di tengah hajatan pengantin jawa untuk menghibur para tamu yang sedang menikmati sup manten.
Nah, biar rasa penasaranmu tentang payung sedikit berkurang, mampir saja ke Festival Payung Indonesia 2017. Di sana kamu bisa melihat-lihat tentang beragamnya jenis payung yang ada di Indonesia. Ada juga pameran foto payung Nusantara tempo dulu dan foto-foto payung yang ada di relief candi-candi di era kerajan Hindu dan Buddha dahulu.
Teks: Puitri Hatiningsih