“Gini lho, Pak, caranya marut,” tutur Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, kepada Menteri Perindustrian, Saleh Husin. Setelah membuka Festival Jenang Solo 2015, Minggu (15/2/2015), mereka berdua mendatangi tempat masak besar jenang dan demo memarut kelapa yang terletak di sisi utara panggung hiburan Perempatan Ngarsopuro.
Satu per satu wajan berisi bubur mereka datangi. Mulai dari wajan berisi adonan ketan hitam, sungsum, kacang hijau, mutiara, dan bahari. Menggunakan centong kayu, mereka mengaduk adonan bubur tersebut. Adonan dalam jumlah banyak itu nampak membuat mereka kesusahan. Tak ketinggalan, sesekali mereka mencincipi rasa adonan itu. Tak sampai 5 menit, mereka berpindah dari satu wajan, ke wajan lain, hingga berakhir di tempat demo pemarutan kelapa.
Hadirnya kedua tokoh tersebut menjadi daya tarik bagi pengunjung yang memadati pembukaan Festival Jenang Solo 2015, pagi itu. Warga yang berkerumun, tampak mengabadikan momen itu menggunakan kamera ponselnya.
Ditemui awak media usai melakukan dua kegiatan itu, Menteri Perindustrian, Saleh Husin, menuturkan dirinya baru tahu kalau ternyata ada makanan bernama jenang. “Saya orang Nusa Tenggara Timur, dan baru tahu ternyata ada makanan namanya jenang. Saya pikir jenang itu sama seperti dodol,” tuturnya. Saleh menambahkan, dengan hadirnya festival ini, diharapkan mampu mengembangkan ekonomi kreatif dan pariwisata Kota Solo.
Sementara Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, mengatakan bagi masyarakat Jawa, jenang memiliki kandungan filosofis tinggi. “Kehidupan masyarakat Jawa tidak bisa dilepaskan dari jenang. Jenang selalu ada saat manusia mulai lahir hingga meninggal,” ungkapnya.