Wednesday, May 21, 2025
spot_img
HomeSeni dan BudayaDelegasi Jerman Dan Bali Hangatkan Malam Pertama SIPA 2014

Delegasi Jerman Dan Bali Hangatkan Malam Pertama SIPA 2014

Published on

- Advertisment -spot_img
spot_img

DELEGASI-JERMAN-DAN-BALI-HANGATKAN-MALAM-PERTAMA-SIPA-2014_

Ketika mendengarkan Gus Teja dalam kondisi mata tertutup, memaksa imajinasi memvisualkan aliran sungai yang tenang dengan latar belakang gunung dan sawah terbentang. Malam itu Gus Teja World Music tampil menghipnotis setiap yang hadir di hari pertama SIPA 2014, Kamis (11/9/2014).

Tampil kedua setelah penampilan energik Soren Magnus Niewelt dan Jessica Sarah Larbig yang tergabung dalam delegasi Just Live Dance asal Jerman, duo balet itu menampilkan emosi mendalam yang disiratkan dalam olah tubuhnya.

Dalam karya “Together Apart”, permainan musik klasik mengiringi setiap gerakan, menceritakan kondisi emosional seseorang yang pada awalnya bersama, tapi suatu waktu harus terpisah oleh kondisi. Dengan simbolisasi merengkuh kain putih yang terbentang, mereka berusaha kembali menggapai momen itu.

Jessica menerangkan bahwa mereka hanya membutuhkan waktu tiga minggu untuk mempersiapkan materi. “Dia [Soren] sangat ‘gila’. Dia sangat cepat membuat  gerakan,” bebernya ketika ditemui wartawan di Media Center SIPA 2014 usai mereka tampil.

Gerbang belakang Benteng Vastenburg yang disorot lighting, ditambah bulan benderang dengan tambahan angin semilir, belum lagi menyimak Gus Teja dan kawan-kawannya memainkan setlist-nya, nuansa damai nan teduh benar-benar tercipta. Grup musik etnik instrumental asal Bali yang telah menelurkan dua album itu, membawakan enam lagu termasuk single yang mengorbitkan nama mereka, “Morning Happiness”.

Gus Teja yang menjadi motor grup sekaligus dapur melodi, tampak berganti-ganti alat musik tiup di setiap lagunya. Ia memainkan suling Bali, ocarina, American flute, pan flute, shakuhachi. “Total ada sekitar sembilan jenis alat musik yang berbeda,” jelas Gus Teja di sesi jumpa pers. Selain melakukan pendekatan lewat instrumen khas Bali, mereka tak lupa menambahkan sequencer untuk menambah kesan ambient.

Menurutnya berada di panggung SIPA 2014 merupakan pengalaman berharga bagi dirinya dan teman-temannya. Ia menuturkan bahwa respon masyarakat Solo cukup bagus. Bahkan CD album pertama dan kedua yang mereka jual di venue juga laris diburu.

Artikel Populer

Artikel Terbaru

Melihat Surganya Barang Antik di Festival Vintage Balaikota Solo

Soloevent.id - Komunitas Soloraya Vintage menggelar Festival Vintage Romantika Sambung Rasa Tempo Doeloe di...

Pameran Gold in Fest Semar Nusantara Hadirkan Penyanyi Anang dan Ashanty di The Park Mall Solo

Soloevent.id - Semar Nusantara menggelar pameran bertajuk Gold in Fest di Atrium Broadway The...

Kemeriahan Semarak Budaya Indonesia 2025, Para Penari Tampil Memukau

Soloevent.id - Semarak Budaya Indonesia (SBI) 2025 sebagai agenda tahunan Kota Surakarta kembali digelar...

More like this

Kemeriahan Semarak Budaya Indonesia 2025, Para Penari Tampil Memukau

Soloevent.id - Semarak Budaya Indonesia (SBI) 2025 sebagai agenda tahunan Kota Surakarta kembali digelar...

Semarak Budaya Indonesia 2025, Selebrasi Ragam Budaya dalam Satu Harmoni

Soloevent.id - Kota Surakarta kembali menjadi saksi perhelatan seni akbar bertaraf nasional, Semarak Budaya...

Solo Menari 2025 Hadirkan Pertunjukan Tari 60 Grup di Balaikota Solo

Soloevent.id - Kota Solo kembali menggelar acara Solo Menari pada 29 April 2025. Tahun...