Soloevent.id – Desa Conto yang terletak di Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri sudah lama terkenal sebagai salah satu desa wisata terbaik di Indonesia. Desa ini mempunyai panorama alam yang indah khas pedesaan dengan suhu udara yang sejuk menyegarkan. Bahkan dibalik itu semua, desa ini masih memiliki potensi lain yang sangat layak dikembangkan, menjadi sentra produksi dan pengembangan tanaman jeruk keprok.
Banyak masyarakat yang telah mencoba memanfaatkan lahan pertanian mereka untuk ditanami jeruk keprok dan ada sebagian yang sudah mulai berbuah. Gagasan penanaman tanaman buah tersebut bermula pada tahun 2018, di mana saat itu pemerintah desa setempat menggelontorkan program penanaman jeruk keprok.
Bibitnya diambil dari Malang, Jawa Timur dan dibagikan pada para pemilik lahan agar dapat dibudidayakan. Selain itu ada beberapa petani lain yang lebih memilih melakukan pencakokan sendiri. Selanjutnya dengan adanya program tersebut, muncul inisiasi untuk menjadikan Desa Conto sebagai pusat produksi jeruk keprok. Apalagi mengingat lahan di desa ini cocok untuk membudidayakan tanaman tersebut.
Jauh sebelumnya atau sekitar tahun 1970, Desa Conto dan beberapa wilayah lain di Kecamatan Bulukerto juga pernah jadi sentra tanaman jeruk keprok. Di masa itu banyak sekali petani yang menerapkan metode tumpang sari dan memadukan dengan tanaman dari jenis hortikultura yang lain.
Seorang warga bernama Asef Ardianto kepada Solopos menceritakan, saat ini sedang musim jeruk keprok dan banyak petani yang sudah menghasilkan panen sejak sekitar lima tahun lalu. Mutunya terbilang bagus dengan hasil yang banyak dan ada sekitar 10.000 bibit yang ditanam oleh petani. Dikemukakan pula bila mendapat perawatan yang baik, setiap satu tanaman dapat menghasilkan panen antara 1 – 1,5 kuintal buah.
Pemasaran dan Putaran Uang
Saat ini di pasaran dan di tingkat petani, setiap 1 kg jeruk keprok bisa dijual pada kisaran harga Rp8.000 -Rp20.000 tergantung kualitasnya. Jika bagus dan memiliki ukuran besar, tentu dapat dijual dengan harga lebih tinggi. Apalagi meskipun rasanya tidak terlalu manis, jeruk keprok dari Desa Conto terasa sangat segar di mulut.
Pada sisi lain, pria yang menjabat sebagai Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Conto ini juga menjelaskan bahwa penjualan jeruk keprok itu gampang, namun bisa pula susah. Selain itu biasanya para petani menjual hasil panen mereka secara langsung di pasar, tetapi ada sebagian yang didatangi oleh pengepul.
Disebutkan pula, jika dari 10.000 bibit tanaman yang dapat tumbuh dengan baik adalah 70%, lalu diasumsikan tiap tanaman menghasilkan 50 kg buah saja. Maka setidaknya ada perputaran uang senilai Rp3,5 miliar di setiap musim panen. Ini merupakan jumlah yang besar, sehingga tidak mengherankan muncul ide mengembangkan tanaman jeruk keprok secara lebih serius di Desa Conto.