Friday, October 18, 2024
spot_img
HomeMusikNavicula: Jangan Jadikan Solo Kota Metropolutan!

Navicula: Jangan Jadikan Solo Kota Metropolutan!

Published on

spot_img
spot_img

JANGAN JADIKAN SOLO KOTA METROPOLUTAN

Musik tak hanya punya fungsi hiburan. Musik bisa juga menjadi senjata perlawanan. Lewat lirik tajam dipadu ganasnya intrumen, musik jadi alat penyampaian pendapat yang efektif. Sabtu (19/12/2015) lalu, Smadagaskar 6 jadi saksi beracunnya Navicula. Band asal Bali ini mengajari penonton cara meramu musik yang berbisa.

Sebagai grup yang concern pada hal-hal ekologis-sosial, tampil di acara bertema “Save Nature for the Future” ibaratnya jadi medan gerilya bagi Navicula. Walaupun bermain dengan setlist yang terbilang “aman”, tapi tetap saja lagu-lagu yang mereka bawakan padat dengan kritik.

“Menghitung Mundur” membuka repertoar Navicula di Smadagaskar 6. “Buka mata, hatimu, saat ku hitung mundur,” begitu bunyi liriknya. Navicula seperti ingin menyampaikan pesan melalui lagu tersebut: siapa pun yang datang menyaksikan mereka sore itu, wajib membuka mata dan hati terhadap permasalahan yang ada di Indonesia.

Hantaman pertama yang dilontarkan Robi (vokalis-gitaris) adalah pesan dari lagu “Aku Bukan Mesin”. “Lagu ini kami dedikasikan kepada kaum buruh dan tani,” katanya dengan lantang. Nomor klasik Navicula ini langsung disambut dansa liar penonton.

Robi memang dikenal galak di panggung. Menjabat sebagai frontman, pria bernama lengkap Gede Robi Supriyanto ini sering melakukan orasi saat tampil. Pemikirannya yang universal mengawali “Everyone Goes to Heaven”. “Salah satu kekayaan di negeri ini adalah beragamnya suku, ras, agama. Jadi kalau ada upaya untuk menyeragamkan, kita tentang bersama. Karena setiap orang berhak masuk surga,” kata dia.

Dua nomor berikutnya diambil dari album Love Bomb. Tanpa ada orasi dari Robi, lagu psychedelic grunge berjudul “Orangutan” dan “Harimau! Harimau!” sudah cukup kuat menggambarkan kondisi binatang yang dilindungi tersebut.

Pasca “I Refuse to Forget”, Navicula mengajak penonton menjamah rimba lewat “Di Rimba”. Robi mengawal lagu ini, sementara tiga personel lain: Made (bass), Gembul (drum), dan Iga Massardi (additional guitar), rehat sejenak. Penonton masih diberi sedikit waktu untuk bernafas saat kuartet grunge Bali tersebut membawakan “Is Me”. Berbeda dari versi originalnya, lagu dari album teranyar Tatap Muka ini dimainkan secara elektrik.

Nomor anthemic, “Busur Hujan”, “Mafia Hukum”, dan “Metropolutan” Navicula sajikan sebagai tiga lagu terakhir di Smadagaskar 6. Tak ingin melewatkan momen, fans Navicula semakin menggila dalam moshpit, pun dengan crowd surfing. Sambil mengepalkan tangan, mereka serentak meneriakkan lirik, “Hey, aku ada di dalam kota metropolutan!”

Sesaat sebelum mengakhiri pertunjukannya di Kota Solo, Robi menitipkan pesan untuk penonton. “Jaga Solo tetap lestari. Jangan jadikan kota ini metropolutan,” ucapnya.

Artikel Populer

Artikel Terbaru

Mengenal Asal Usul Kampung Sondakan Lewat Festival SondakArt

Soloevent.id - Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan Solo, menggelar Festival SondakArt selama empat hari mulai...

Upacara Pembukaan Peparnas 2024 Berlangsung Meriah di Stadion Manahan Solo

Soloevent.id - Upacara Pembukaan Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2024 berlangsung meriah di Stadion Manahan Solo, Minggu...

Rasamadu Heritage Hadirkan ‘Cubic’ Pengalaman Imersif Interaktif Pertama di Solo

Soloevent.id - Rasamadu Heritage atau yang sebelumnya bernama The Heritage Palace, dulunya adalah pabrik...

More like this

Festival Musik PROJEK-D VOL.3 Ditutup dengan Tulus

Soloevent.id - Festival musik PROJEK-D VOL.3 sukses digelar selama dua hari penyelenggaraan. Event ini...

Solo Keroncong Festival 2024, Kolaborasi Keroncong dan Lintas Genre

Soloevent.id - Solo Keroncong Festival (SKF) 2024 kembali digelar di Pamedan Pura Mangkunegaran, Jumat-Sabtu...

Spektakulernua Music Tourism PRAMBANAN JAZZ FESTIVAL 2024

Yogyakarta, 7 Juli 2024 - Prambanan Jazz Festival ke-10, bertajuk "Satu Dekade Bersama", telah...