Friday, October 10, 2025
spot_img
HomeMusikNavicula: Jangan Jadikan Solo Kota Metropolutan!

Navicula: Jangan Jadikan Solo Kota Metropolutan!

Published on

- Advertisement -spot_img

JANGAN JADIKAN SOLO KOTA METROPOLUTAN

Musik tak hanya punya fungsi hiburan. Musik bisa juga menjadi senjata perlawanan. Lewat lirik tajam dipadu ganasnya intrumen, musik jadi alat penyampaian pendapat yang efektif. Sabtu (19/12/2015) lalu, Smadagaskar 6 jadi saksi beracunnya Navicula. Band asal Bali ini mengajari penonton cara meramu musik yang berbisa.

Sebagai grup yang concern pada hal-hal ekologis-sosial, tampil di acara bertema “Save Nature for the Future” ibaratnya jadi medan gerilya bagi Navicula. Walaupun bermain dengan setlist yang terbilang “aman”, tapi tetap saja lagu-lagu yang mereka bawakan padat dengan kritik.

“Menghitung Mundur” membuka repertoar Navicula di Smadagaskar 6. “Buka mata, hatimu, saat ku hitung mundur,” begitu bunyi liriknya. Navicula seperti ingin menyampaikan pesan melalui lagu tersebut: siapa pun yang datang menyaksikan mereka sore itu, wajib membuka mata dan hati terhadap permasalahan yang ada di Indonesia.

Hantaman pertama yang dilontarkan Robi (vokalis-gitaris) adalah pesan dari lagu “Aku Bukan Mesin”. “Lagu ini kami dedikasikan kepada kaum buruh dan tani,” katanya dengan lantang. Nomor klasik Navicula ini langsung disambut dansa liar penonton.

Robi memang dikenal galak di panggung. Menjabat sebagai frontman, pria bernama lengkap Gede Robi Supriyanto ini sering melakukan orasi saat tampil. Pemikirannya yang universal mengawali “Everyone Goes to Heaven”. “Salah satu kekayaan di negeri ini adalah beragamnya suku, ras, agama. Jadi kalau ada upaya untuk menyeragamkan, kita tentang bersama. Karena setiap orang berhak masuk surga,” kata dia.

Dua nomor berikutnya diambil dari album Love Bomb. Tanpa ada orasi dari Robi, lagu psychedelic grunge berjudul “Orangutan” dan “Harimau! Harimau!” sudah cukup kuat menggambarkan kondisi binatang yang dilindungi tersebut.

Pasca “I Refuse to Forget”, Navicula mengajak penonton menjamah rimba lewat “Di Rimba”. Robi mengawal lagu ini, sementara tiga personel lain: Made (bass), Gembul (drum), dan Iga Massardi (additional guitar), rehat sejenak. Penonton masih diberi sedikit waktu untuk bernafas saat kuartet grunge Bali tersebut membawakan “Is Me”. Berbeda dari versi originalnya, lagu dari album teranyar Tatap Muka ini dimainkan secara elektrik.

Nomor anthemic, “Busur Hujan”, “Mafia Hukum”, dan “Metropolutan” Navicula sajikan sebagai tiga lagu terakhir di Smadagaskar 6. Tak ingin melewatkan momen, fans Navicula semakin menggila dalam moshpit, pun dengan crowd surfing. Sambil mengepalkan tangan, mereka serentak meneriakkan lirik, “Hey, aku ada di dalam kota metropolutan!”

Sesaat sebelum mengakhiri pertunjukannya di Kota Solo, Robi menitipkan pesan untuk penonton. “Jaga Solo tetap lestari. Jangan jadikan kota ini metropolutan,” ucapnya.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Artikel Populer

Artikel Terbaru

The Sunan Hotel Solo Hadirkan “French Gastronomy Festival”

Soloevent.id - The Sunan Hotel Solo kembali menghadirkan pengalaman kuliner istimewa bagi para pecinta...

Solo Batik Fashion 2025 Sukses Digelar di Taman Balekambang Solo, Tampilkan 8 Desainer Ternama

Soloevent.id - Merayakan Hari Batik Nasional, Kota Solo kembali menggelar acara Solo Batik Fashion...

Solo Batik Fashion 2025 Hadirkan Konsep Berbeda Selama Tiga Hari

Soloevent.id - Solo Batik Fashion (SBF) 2025 kembali digelar di Bale Pangenggar Taman Balekambang...

More like this

Float hingga Efek Rumah Kaca Ramaikan Solo City Jazz ke-13 di Pamedan Pura Mangkunegaran

Soloevent.id - Solo City Jazz ke-13 kembali digelar pada 27 September 2025 dengan menghadirkan...

Solo City Jazz 2025 Hadirkan Musisi Local Pride Solo

Soloevent.id - Kota Solo tidak pernah sepi event seru setiap bulannya. Sabtu (27/9/2025) terdapat...

PROJEK-D Vol.4 Hadirkan 22 Penampil di De Tjolomadoe

Soloevent.id - Konser PROJEK-D Vol.4 kembali digelar selama dua hari, Sabtu-Minggu (30-31/8/2025) di De...