Tuesday, May 20, 2025
spot_img
HomeSeni dan BudayaRama Dan Sinta: Ketika Kesetiaan Dipertanyakan

Rama Dan Sinta: Ketika Kesetiaan Dipertanyakan

Published on

- Advertisment -spot_img
spot_img

SINTA-OBONG-KETIKA-KESETIAAN-DIPERTANYAKAN

Malam itu, Jumat, 8 Agustus 2014, penonton nampak memenuhi panggung terbuka Taman Balekambang. Solo. Angin semilir, langit yang tidak terlalu cerah –dan sempat gerimis kecil sesaat (dalam Bahasa Jawa disebut tletik), tidak menyurutkan semangat para penonton untuk beranjak dari tempat duduknya.

Setelah menggelar Bakdan Ing Balekambang, taman kota sekaligus salah satu kantong seni kota ini , kembali memberikan persembahan bagi para warga Solo dan sekitarnya. Persembahan itu bernama Sendratari Remayana. Acara reguler Taman Balekambang tersebut, pada Jumat lalu menghadirkan kisah “Sinta Obong”, yang ditampilkan oleh Sanggar Sana Puspa Budaya.

Pementasan tersebut menceritakan tentang perjalanan asmara antara Rama dan Sinta. Bukti kesetiaan dan rasa percaya antar kedua tokoh itu diuji. Sinta tidak lagi di tangan Rama, ia diculik oleh Rahwana. Perjalanan untuk mendapatkannya kembali, menemui banyak rintangan. Peperangan terus berkecamuk antara Rama yang dibantu prajurit kera, melawan pasukan Alengka.

Setiap kemenangan berpihak pada kebenaran dan kebaikan, maka begitu pulalah yang terjadi dalam fragmen ini. Rama berhasil menumbangkan Rahwana, tapi itu bukanlah akhir cerita. Walaupun menang, ada pergolakan dalam hati Rama. Ia menyangsikan kesucian Sinta yang telah ia dapatkan kembali dari tangan Rahwana. Menurutnya, selama Sinta disekap oleh Rahwana, ia melakukan hal-hal yang tidak baik terhadap sang kekasih.

Maka untuk membuktikan bahwa ia masih suci, serta sebagai bentuk kesetiaannya kepada Rama, Sinta memutuskan untuk pati obong. Sinta menepati janjinya. Singkat cerita ia memasukkan tubuhnya ke dalam kobaran api. Api melumat tubuhnya. Justru pada kobaran api itulah keajiban terjadi. Sinta ternyata berhasil selamat dari kobaran api berkat pertolongan Dewa Brahma. Dan ini menandakan bahwa omongan Sinta benar.

Ditemui tim Soloevent pasca pementasan, Darmadi selaku Ketua Sanggar Seni Puspa Budaya, menerangkan bahwa pementasan tersebut dimeriahkan oleh lebih kurang 50 orang untuk penari, dan 15 orang untuk pengrawit. Menurutnya, proses mereka terbilang singkat. “Tanggal 4 setelah Lebaran, kami baru mulai proses. Jadinya ya seperti itu tadi. Tapi saya tidak mencari kualitas. Biar anak-anak ini mampu karena semangat mereka luar biasa,” jelasnya.

Artikel Populer

Artikel Terbaru

Melihat Surganya Barang Antik di Festival Vintage Balaikota Solo

Soloevent.id - Komunitas Soloraya Vintage menggelar Festival Vintage Romantika Sambung Rasa Tempo Doeloe di...

Pameran Gold in Fest Semar Nusantara Hadirkan Penyanyi Anang dan Ashanty di The Park Mall Solo

Soloevent.id - Semar Nusantara menggelar pameran bertajuk Gold in Fest di Atrium Broadway The...

Kemeriahan Semarak Budaya Indonesia 2025, Para Penari Tampil Memukau

Soloevent.id - Semarak Budaya Indonesia (SBI) 2025 sebagai agenda tahunan Kota Surakarta kembali digelar...

More like this

Kemeriahan Semarak Budaya Indonesia 2025, Para Penari Tampil Memukau

Soloevent.id - Semarak Budaya Indonesia (SBI) 2025 sebagai agenda tahunan Kota Surakarta kembali digelar...

Semarak Budaya Indonesia 2025, Selebrasi Ragam Budaya dalam Satu Harmoni

Soloevent.id - Kota Surakarta kembali menjadi saksi perhelatan seni akbar bertaraf nasional, Semarak Budaya...

Solo Menari 2025 Hadirkan Pertunjukan Tari 60 Grup di Balaikota Solo

Soloevent.id - Kota Solo kembali menggelar acara Solo Menari pada 29 April 2025. Tahun...