Tuesday, May 20, 2025
spot_img
HomeSeni dan BudayaMenyusun Keping Sejarah Masjid Agung Surakarta

Menyusun Keping Sejarah Masjid Agung Surakarta

Published on

- Advertisment -spot_img
spot_img

MENYUSUN-KEPING-SEJARAH-MASJID-AGUNG-SURAKARTA

Bagi masyarakat Solo, Masjid Agung Surakarta yang terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon ini begitu bermakna. Masjid yang telah berdiri ratusan tahun ini menjadi saksi bisu perkembangan Kota Solo. Selain kandungan historis yang lekat dengan Keraton Kasunanan Surakarta, kandungan filosofis dari segi arsitekturnya, serta persebaran Islam di kota ini, menjadikan Masjid Agung Surakarta layak untuk menjadi ikon kebudayaan kota.

Untuk melestarikannya, pengurus Masjid Agung membuat sebuah langkah bagus: mendokumentasikannya ke dalam buku. Ya, pada Senin, 14 Juli 2014, diterbitkanlah buku berjudul “Sejarah Masjid Agung Surakarta”. Buku yang diterbitkan oleh Absolute Media dari Yogyakarta itu, memakan waktu lebih dari satu tahun untuk proses pengerjaannya. Awal proses pengerjaan dilaksanakan pada Maret 2013.

Dengan menghimpun bantuan dari akademisi, sejarawan, dosen, wartawan, tokoh masyarakat, serta instansi terkait; pengurus Masjid Agung mulai menyusun kembali kepingan-kepingan sejarah.[quote align=”center” color=”#999999″]“Bukunya dimulai dari sejarah kota. Mulai dari perpindahan Kartasura ke Surakarta, sampai pada Pakubuwono (PB) II, III, IV, V, VI, VII, sampai X.  Jadi (yang dijelaskan) perkembangan-perkembangan yang terjadi dari awal berdirinya sampai sekarang,” kata Purnomo Subagyo,Sekretaris Tim Penulis Buku Sejarah Masjid Agung Surakarta[/quote]Tidak hanya nilai sejarah yang dikupas, melainkan juga nilai filosofi bangunan dan juga kandungan budaya yang erat kaitannya dengan Masjid Agung Surakarta, juga ditampilkan dalam buku tersebut. “Tidak hanya sejarah saja, tapi juga filosofi dari masing-masing bangunan di masjid. Jadi kenapa itu ada ornamen-ornamen, mengapa tiangnya empat, mengapa atapnya itu tiga shaf, itu diungkap,” jelasnya.

Selain itu Purnomo menambahkan, “Kemudian juga menyangkut ritual budaya Jawa yang di Keraton; yang di masjid khususnya seperti Gerebeg, Sekaten, dan sebagainya. Sekaten-nya juga diungkap karena itu telah menyatu dengan keraton. Jadi komplit sekali.”

Ada yang unik terkait dengan proses penyusunan data. Menurut Purnomo, detail penggunaan istilah sering membuat tim eyel-eyelan. Seperti contoh pada kata “garebeg”. Masyarakat pasti lebih mengenal kata “gerebeg” daripada “garebeg”. Ada juga kata yang membuat tim ramai mendiskusikannya, yaitu penggunaan kata “keraton”, “karaton”, ataukah “kraton”, yang paling tepat digunakan menurut kaidah bahasa pada masa lalu. Walaupun dirasa sepele, tapi penggunaan kata yang tidak tepat akan berakibat pada kerancuan makna. Itulah salah satu kesulitan penyusunan buku “Sejarah Masjid Agung Surakarta”.

Purnomo sendiri berharap dengan diterbitkannya buku tersebut bisa menambah pengetahuan bagi yang membaca. “Menambah perbendaharaan (ilmu) bahwa Masjid Agung Surakarta ini dulu punya sejarah. Banyak pengetahuan yang bisa didapatkan dari penulisan sejarah.”

Artikel Populer

Artikel Terbaru

Melihat Surganya Barang Antik di Festival Vintage Balaikota Solo

Soloevent.id - Komunitas Soloraya Vintage menggelar Festival Vintage Romantika Sambung Rasa Tempo Doeloe di...

Pameran Gold in Fest Semar Nusantara Hadirkan Penyanyi Anang dan Ashanty di The Park Mall Solo

Soloevent.id - Semar Nusantara menggelar pameran bertajuk Gold in Fest di Atrium Broadway The...

Kemeriahan Semarak Budaya Indonesia 2025, Para Penari Tampil Memukau

Soloevent.id - Semarak Budaya Indonesia (SBI) 2025 sebagai agenda tahunan Kota Surakarta kembali digelar...

More like this

Kemeriahan Semarak Budaya Indonesia 2025, Para Penari Tampil Memukau

Soloevent.id - Semarak Budaya Indonesia (SBI) 2025 sebagai agenda tahunan Kota Surakarta kembali digelar...

Semarak Budaya Indonesia 2025, Selebrasi Ragam Budaya dalam Satu Harmoni

Soloevent.id - Kota Surakarta kembali menjadi saksi perhelatan seni akbar bertaraf nasional, Semarak Budaya...

Solo Menari 2025 Hadirkan Pertunjukan Tari 60 Grup di Balaikota Solo

Soloevent.id - Kota Solo kembali menggelar acara Solo Menari pada 29 April 2025. Tahun...