Mengenal Prosesi Panggih Dalam Pernikahan Khas Jawa

2584

PROSESI-PANGGIH-01

 

Soloevent.id – Dalam tradisi pernikahan khas Jawa, saat resepsi ada prosesi-prosesi yang tak bisa ditinggalkan oleh sepasang pengantin. Apa itu? Simak artikel di bawah ini.

 

 

PANGGIH

Biasanya dilakukan selepas ijab kabul. Acara panggih inilah yang menjadi pusat perhatian dari acara resepsi. Panggih berarti pertemuan antara pengantin pria dan pengantin putri.

 

Sebelumnya menjumpai sang suami, pengantin putri keluar dari kamar rias dan didudukkan sendiri di krobongan atau pelaminan. Ketika acara panggih tiba, pengiring manten – biasanya ibu-ibu sepuh dan dituakan – membimbing pengantin putri untuk berdiri dan berjalan pelan menjemput pengantin putra yang telah tiba. Kedua mempelai berjalan pelan dan bertemu di satu titik dengan diiringi gamelan khusus biasanya tembang “Kodok Ngorek”.

 

 

 PASRAH PENGANTIN

Sebelum dua mempelai menjalani prosesi panggih, pihak rombongan pengantin laki-laki yang berada di tengah-depan akan memimpin pidato pasrah manten.  Saat pidato, di kanan dan kirinya ada yang berdiri seolah mengawal, sebutannya panyumbul.

 

Setelah pihak pria selesai, pihak perempuan juga berpidato. Sama dengan pihak besan, sambutan pidato pasrah manten juga dikawal dua laki-laki disamping kiri kanannya.

 

Acara panggih dimulai saat pidato selesai. Ketika itu pembawa acara mengumumkan agar para tamu untuk berdiri. Suasana panggih terasa khidmat dan sakral.  Pengantin putri dan putra membawa gantal (daun sirih yang digulung dengan benang lawe) di tangannya. Sambil berjalan mendekat, kedua mempelai saling melempar gantal ke badan mempelai. Setelah bertemu, pengantin perempuan mencuci kaki pengantin laki-laki sebagai simbol baktinya istri pada suaminya.

 

Kemudian pengantin laki-laki menginjak telur ayam sebagai simbol wiji dadi dan untuk melanjutkan keturunan dan generasi. Setelah itu kedua mempelai disatukan dengan kain slindur warna merah putih di pundak mereka. Ibunda pengantin perempuan mengiring mereka seolah sebagai pendorong dan tut wuri handayani bagi rumah tangga anaknya. Ia menuntu menuju pelaminan.

 

 

BOBOT TIMBANG

Ayah manten perempuan akan duduk di tengah pengantin dan bertanya pada istri, “Abot endi? [Berat yang mana?]” dan dijawab sang istri, “Abot kabeh” atau sama beratnya. Ini bermakna bahwa anak kandung dan anak mantu sama-sama disayang dan tidak dibedakan.

 

 

KACAR KUCUR

Pengantin perempuan akan menerima kaya atau penghasilan dari manten kakung dan akan diberikan pada ibunya. Dengan dowadadi semacam tikar anyaman daun pandan, pengantin pria menuangkan semua isinya berupa uang logam, beras kuning putih, kacang hijau, dan uang logam. Lalu isinya dibungkus kain dan diberikan pada ibu pengantin perempuan.

 

 

Penulis: Puitri Hati Ningsih

Foto: YouTube