Banyak Dimainkan, Musik Keroncong Ternyata Bukan Asli Indonesia

3478

Soloevent.id – Solo Keroncong Festival bakal diadakan lagi. Bertema “Wana-warni Keroncong Nusantara #2”, event ini akan menghadirkan musisi-musisi keroncong dari berbagai kota, antara lain Solo, Tanjung Enim, Bandung, Jakarta, dll.

Tak kenal maka tak sayang, sebelum kamu nonton ke Balai Kota Surakarta, Jumat-Sabtu (26-27/7/2019) nanti, Soloevent mau mengupas soal sejarah singkat musik keroncong.

Keroncong sebenarnya merupakan penamaan dari alat musik berdawai. Yang khas dari keroncong adalah perpaduan harmonis ukulele, selo, biola, flute. Jika ditambah seorang penyanyi, suasananya makin syahdu.

Meski banyak yang memainkan, keroncong bukan musik asli Indonesia, melainkan peninggalan bangsa Portugis saat masuk ke Indonesia pada abad ke-15. Waktu itu, keroncong dikenal dengan fado, sejenis musik khas bangsa Portugis. Pada abad ke-17, pengaruh Portugis melemah di Nusantara, tapi peninggalan musiknya tidak ikut hilang.

Awalnya bentuk musik ini adalah muresco, yaitu sebuah tarian Spanyol. Kemudian salah satu lagunya disusun kembali oleh musisi Kusbini yang dikenal dengan nama Kr. Muritsu dan diiringi oleh musik dawai. Pada abad ke-19, musik keroncong mulai populer di berbagai daerah di Nusantara, sampai ke semenanjung Malaya hingga tahun 1960-an.

Keroncong sempat memasuki masa redup saat musik populer mulai masuk ke Indonesia sekitar 1961. Meski mendapat “lawan berat”, bukan berarti eksistensi musik keroncong di Indonesia berakhir.

Tengok saja komunitas Keroncong Tugu yang masih eksis sampai sekarang. Komunitas ini merupakan keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara. Yang khas dari Keroncong Tugu adalah dibaurkannya instrumen wajib keroncong dengan budaya lokal Betawi.

Selain Jakarta, keroncong juga berkembang di Solo. Di Kota Bengawan, keroncong beradaptasi dengan budaya Jawa, sehingga musiknya menjadi lebih lambat.



Salah satu penyanyi keroncong asal Solo yang ngetop adalah Gesang. Pria kelahiran 1 Oktober 1917 itu bukan sekadar penyanyi, malahan ia menyandang gelar sebagai maestro keroncong. Darinya lahir “Bengawan Solo” yang mendunia. Lagu tersebut mendapat perhatian dunia, salah satunya dari pemerintah Jepang. Semasa Gesang masih hidup, mereka selalu berkunjung menemuinya.

Karena dedikasi dan kontribusinya terhadap musik keroncong, Gesang mendapat julukan sebagai Buaya Keroncong oleh insan keroncong Indonesia . Julukan itu diberikan karena tidak ada yang bisa mengalahkan citra Gesang dalam mengenalkan musik Keroncong Indonesia ke panggung dunia.