Friday, October 10, 2025
spot_img
HomeSeni dan BudayaMenyusun Keping Sejarah Masjid Agung Surakarta

Menyusun Keping Sejarah Masjid Agung Surakarta

Published on

- Advertisement -spot_img

MENYUSUN-KEPING-SEJARAH-MASJID-AGUNG-SURAKARTA

Bagi masyarakat Solo, Masjid Agung Surakarta yang terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon ini begitu bermakna. Masjid yang telah berdiri ratusan tahun ini menjadi saksi bisu perkembangan Kota Solo. Selain kandungan historis yang lekat dengan Keraton Kasunanan Surakarta, kandungan filosofis dari segi arsitekturnya, serta persebaran Islam di kota ini, menjadikan Masjid Agung Surakarta layak untuk menjadi ikon kebudayaan kota.

Untuk melestarikannya, pengurus Masjid Agung membuat sebuah langkah bagus: mendokumentasikannya ke dalam buku. Ya, pada Senin, 14 Juli 2014, diterbitkanlah buku berjudul “Sejarah Masjid Agung Surakarta”. Buku yang diterbitkan oleh Absolute Media dari Yogyakarta itu, memakan waktu lebih dari satu tahun untuk proses pengerjaannya. Awal proses pengerjaan dilaksanakan pada Maret 2013.

Dengan menghimpun bantuan dari akademisi, sejarawan, dosen, wartawan, tokoh masyarakat, serta instansi terkait; pengurus Masjid Agung mulai menyusun kembali kepingan-kepingan sejarah.[quote align=”center” color=”#999999″]“Bukunya dimulai dari sejarah kota. Mulai dari perpindahan Kartasura ke Surakarta, sampai pada Pakubuwono (PB) II, III, IV, V, VI, VII, sampai X.  Jadi (yang dijelaskan) perkembangan-perkembangan yang terjadi dari awal berdirinya sampai sekarang,” kata Purnomo Subagyo,Sekretaris Tim Penulis Buku Sejarah Masjid Agung Surakarta[/quote]Tidak hanya nilai sejarah yang dikupas, melainkan juga nilai filosofi bangunan dan juga kandungan budaya yang erat kaitannya dengan Masjid Agung Surakarta, juga ditampilkan dalam buku tersebut. “Tidak hanya sejarah saja, tapi juga filosofi dari masing-masing bangunan di masjid. Jadi kenapa itu ada ornamen-ornamen, mengapa tiangnya empat, mengapa atapnya itu tiga shaf, itu diungkap,” jelasnya.

Selain itu Purnomo menambahkan, “Kemudian juga menyangkut ritual budaya Jawa yang di Keraton; yang di masjid khususnya seperti Gerebeg, Sekaten, dan sebagainya. Sekaten-nya juga diungkap karena itu telah menyatu dengan keraton. Jadi komplit sekali.”

Ada yang unik terkait dengan proses penyusunan data. Menurut Purnomo, detail penggunaan istilah sering membuat tim eyel-eyelan. Seperti contoh pada kata “garebeg”. Masyarakat pasti lebih mengenal kata “gerebeg” daripada “garebeg”. Ada juga kata yang membuat tim ramai mendiskusikannya, yaitu penggunaan kata “keraton”, “karaton”, ataukah “kraton”, yang paling tepat digunakan menurut kaidah bahasa pada masa lalu. Walaupun dirasa sepele, tapi penggunaan kata yang tidak tepat akan berakibat pada kerancuan makna. Itulah salah satu kesulitan penyusunan buku “Sejarah Masjid Agung Surakarta”.

Purnomo sendiri berharap dengan diterbitkannya buku tersebut bisa menambah pengetahuan bagi yang membaca. “Menambah perbendaharaan (ilmu) bahwa Masjid Agung Surakarta ini dulu punya sejarah. Banyak pengetahuan yang bisa didapatkan dari penulisan sejarah.”

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Artikel Populer

Artikel Terbaru

The Sunan Hotel Solo Hadirkan “French Gastronomy Festival”

Soloevent.id - The Sunan Hotel Solo kembali menghadirkan pengalaman kuliner istimewa bagi para pecinta...

Solo Batik Fashion 2025 Sukses Digelar di Taman Balekambang Solo, Tampilkan 8 Desainer Ternama

Soloevent.id - Merayakan Hari Batik Nasional, Kota Solo kembali menggelar acara Solo Batik Fashion...

Solo Batik Fashion 2025 Hadirkan Konsep Berbeda Selama Tiga Hari

Soloevent.id - Solo Batik Fashion (SBF) 2025 kembali digelar di Bale Pangenggar Taman Balekambang...

More like this

Solo Batik Fashion 2025 Hadirkan Konsep Berbeda Selama Tiga Hari

Soloevent.id - Solo Batik Fashion (SBF) 2025 kembali digelar di Bale Pangenggar Taman Balekambang...

Solo Literasi Festival 2025, Ajak Masyarakat Tanamkan Semangat Budaya Membaca Anak

Soloevent.id - Pemerintah Kota Solo bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan menggelar acara Solo Literacy...

Pameran Seni Rupa Sinergi #3 Usung Tema Local Wisdom dan Lahirnya Kearifan Baru

Soloevent.id - Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Kota Solo, sejak Senin (8/9/2025) hingga Minggu...