Soloevent.id – Truntum adalah salah satu motif batik khas Solo. Dalam versi buku KRT Kalinggo, truntum berasal dari kata tuntum yang bermakna kembalinya lagi kasih sayang atau cinta yang bersemi lagi. Sedangkan dalam buku Any Yudhoyono, truntum berasal dari kata tumruntun yang artinya berderet atau kesuburan.
Batik motif truntum berlatar hitam dan menggambarkan taburan bunga-bunga tanjung Jika dilihat sekilas menyerupai taburan bintang kecil.
Sepertinya Kanjeng Ratu Kencana atau Kanjeng Ratu Beruk (permaisuri Paku Buwono III, pencipta batik motif truntum) terinspirasi dari taburan bunga-bunga tanjung yang dulu bermekaran. Kini, bunga tanjung susah dijumpai di Kota Solo.
Sama seperti Parang, motif khas batik Solo ini termasuk yang klasik dan berbentuk barisan rapi dan diulang-ulang, bukan motif abstrak dan campuran. Sebenarnya, motif truntum atau parang bisa dikombinasikan dengan motif-motif batik klasik khas Solo lainnya. Misal truntum dan motif cakar, truntum dan Babon Angrem, truntum dan Ceplok, atau dengan motif simping.
Sama seperti motif klasik lainnya, truntum juga punya peran tersendiri dalam tradisi budaya Jawa, khususnya Solo. Motif batik truntum biasanya digunakan oleh orang tua pengantin dalam prosesi mantu. Orang tua pengantian yang mengenakan motif ini akan terlihat anggun.
Namun, seiring waktu berjalan, batik motif truntum sering dipakai oleh masyarakat meski tidak sedang mantu. Toh bukan motif larangan, jadi bebas dipakai meski di dalam keraton sekalipun.
Penulis: Puitri Hatiningsih
Foto: YouTube