Do you know ‘kerbau putih’? Kerbau yang lebih dikenal dengan sebutan kebo bule ini adalah hewan berjenis mamalia namun albino yang berwarna kemerah-merahan. Di daerah Surakarta, kerbau bule dikenal sebagai simbol masyarakat agraris yang dipadukan dengan bentuk acara sakral yakni Kirab Budaya Malam Satu Suro di kota solo. Dalam acara yang rutin diadakan saat pergantian tahun hijriah ini, kerbau bule berperan sebagai pengawal yang mengawal pusaka-pusaka keraton yang akan dikirab keliling tembok keraton.
kebo bule milik keraton solo yang akan memimpin beberapa kerbau lainnya dalam kirab ini ialah Kyai Bodong. Kyai Bodong adalah keturunan murni dari kerbau bule pertama yang didatangkan langsung dari Ponorogo, dan tidak pernah ada hubungan dengan kerbau kampung.
Dahulu ketika pangeran Mangkubumi memberontak, PB II bertapa dan mendapatkan pencerahan berupa pusaka Kyai Slamet. Selanjutnya, pusaka Kyai Slamet harus direkso atau dijaga oleh sepasang kebo bule. Dari sini kisah tentang keanehan kebo bule dimulai.
Tahukah kamu, kirab malam satu suro selalu berlangsung tengah malam? Begini ceritanya, kebo bule milik keraton ini biasa keluar dari kandang sekitar jam 12 malam. Bahkan pernah mereka keluar pada jam 1 malam. Karena kebiasaan inilah kenapa kirab malam satu suro dilakukan tengah malam.
Kerbau-kerbau ini akan keluar sendiri menuju halaman keraton tanpa digiring abdi dalem. Bila Kyai Bodong sang pemimpin sudah menampakkan batang hidungnya, maka ini adalah pertanda bahwa kirab malam satu suro akan dimulai. Selain tidak masuk akal bagi masyarakat awam, banyak pula masyarakat yang percaya bahwa kebo bule solo ini adalah hewan keramat. Maka saat kirab, masyarakat banyak yang berebut memegang kerbau ini dengan tujuan mendapat berkah.