116 Karya Berbahan Batik Truntum Dipamerkan di Batik Art Fest 2018

1319
Foto: Reza K. Darmawan

Soloevent.id – Siapa bilang batik cuma dipakai buat kondangan? Di tangan para desainer, kain yang ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-bendawi itu juga bisa dikreasikan menjadi busana yang artistik dan megah.

Kreativitas para desainer-desainer muda dan desainer-desainer profesional ditampilkan di kegiatan Batik Art Fashion 2018, Jumat-Sabtu (5-6/10/2018), di Gedung Sungging Prabangkara Kampus II ISI Surakarta.



“Dahayu Niwasana Truntum” jadi tema

Batik motif truntum dipakai oleh para desainer sebagai bahan busana. Motif ini bermakna cinta yang tumbuh kembali. Truntum kerap dijadikan simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin subur berkembang.

Batik motif truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III).

 

Penampilan desainer lokal

Ada lima institusi pendidikan dan tujuh desainer profesional yang tampil di Batik Art Fashion 2018. Di fashion show sesi I di hari pertama ada 3 lembaga pendidikan, yaitu FKIP UNS, ASDI, dan ISI Yogyakarta, serta Batik Masari Kauman by alumni FSRD UNS, yang memamerkan karyanya.

Desainer-desainer yang terlibat di hari kedua adalah Ilham Putra, Indrias Senthir, Ucok Sirait, Uzi Fauziah, Owen Joe, Aryani Widagdo, dan Djongko Rahardjo.

 

Ada 116 karya yang ditampilkan

Enggak hanya busana-busana kasual, para desainer juga membikin gaun dan art wear berbahan batik.

 

Padukan batik dan mainan

Salah satu desainer yang ikutan Batik Art Fest adalah Yoga Adhi Agista. Mahasiswa FKIP UNS bikin konsep unik, yakni memadukan batik dengan aksesoris mainan zaman dulu.

 

Menggunakan batik motif truntum

Bahan-bahan busana yang digunakan menyesuaikan tema, yaitu truntum. Semua model mengenakan motif batik truntum. Para model kelihatan modis mengenakan outfit batik yang dipadukan dengan aksesoris tambahan.