Tahu Gak Kenapa Ada Dodol Betawi?

2108

TAHU-GAK-KENAPA-ADA-DODOL-BETAWI

Indonesia tak hanya kaya akan pulau dan kebudayaannya, namun negara agraris ini juga kaya akan makanan khas daerah yang selalu dapat dibanggakan. Dodol, makanan khas daerah betawi ini sering menjadi primadona saat menjelang hari raya, hari raya orang muslim seperti Idul fitri maupun hari raya orang Cina yakni imlek. Masyarakat betawi mempunyai ciri khas makanan saat melakukan sebuah acara yang sakral maupun acara besar seperti melaksanakan hajat. Cerita awalnya dari masyarakat Betawi yang memiliki identitas makanan untuk menyambut acara besar. Keberadaan dodol ini menjadi simbol akan keberadaan daerah dengan tokoh jampang dan pitung ini.

Zaman dahulu, menurut ahli budaya betawi dodol hanya diperuntuhkan bagi orang-orang kaya yang mampu membuatnya. Keberadaan dodol dengan unsur beras menjadi bahan dasarnya merupakan salah satu wakil dari budaya agraris yang ada di betawi jaman dulu. Dari zaman dahulu dodol selalu dianggap oleh masyarakat betawi menjadi simbol status sosial bagi seseorang, namun memiliki makna filosofi kebersamaan dan silahturahmi antar manusia.

Nah dodol betawi sama kue keranjang yang biasa dihidangkan dalam acara imlek ini gak ada bedanya lhoh. Ternyata asala mula kue keranjang mengadopsi dari dodol asli betawi punye nih. Kue keranjang di buat juga dalam wadah yang diletakkan diatas tungku, karena orang tionghoa percaya bahwa alat masak yang ada didapur selalu mempunyai dewa didalamnya. Jadi menurut masyarakat tionghoa, ada yang namanya ‘dewa tungku’. Tugas dewa ini adalah mengawasi tindakan dari setiap rumah dalam menyediakan makanan disetiap harinya. Dan diakhir tahun dewa ini akan pulang ke syurga untuk melaporkan tugas kepada Raja Surga. Agar laporan kepada sang Raja baik oleh dewa tungku masyarakat menhidangkan makanan manis yang disajikan di salm keranjang, yang dinamakan kue keranjang.

Dodol, jenang, maupun kue keranjang adalah satu panganan sama yang berasa manis dan legit. Hanya perbedaan nama saja yang menjadi beda dalam penyebutan. Namun, makna dan filosofi keseluruhan hampir sama. Yuk kita budayakan makanan khas Indonesia.