Perjuangan dan Ketegaran Supeltas Jadi Sumber Inspirasi

1305

Soloevent.id – Masa lalu biarlah berlalu. Dulunya, beberapa dari mereka kerap bersinggungan dengan dunia hitam, seperti preman, pencopet, bandar narkoba, dan lain-lain. Namun, akhirnya mereka bangkit dan meninggalkan itu.

Kini, mereka punya kehidupan yang lebih berguna bagi masyarakat. Mungkin kamu sering menemui mereka di perempatan, pertigaan, atau jalanan yang ramai. Yap, mereka bertugas sebagai Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas (Supeltas).

Namanya juga sukarelawan, itu berarti Supeltas tidak memperoleh gaji. Meskipun begitu, mereka tetap ikhlas membantu pengguna jalan. Namun, kebaikan mereka malah mendapat umpatan hingga ludahan.

Suatu hari di dekat Bundaran Baron, Dodik Moerdijanto sedang menikmati es kapal. Dari tempatnya nongkrong, ia melihat Rahmat Kartolo sedang bertugas mengatur lalu lintas di Bundaran Baron.

Tiba-tiba Dodik menyaksikan Kartolo diludahi oleh seorang pengendara. Dodik ingin lari mengejar si pengendara itu dan ingin memukulinya. Tetapi, saat itu kaki Dodik sedang patah, akhirnya ia mengurungkan niat. Dia segera menghampiri Kartolo yang sedang mengelus dada. Untuk menghiburnya, Dodik mengajaknya ngobrol sambil minum es kapal.

Dari kejadian tersebut, Dodik tersadar bahwa masih banyak orang yang hidupnya lebih berat. Saat itu, Dodik sedang putus asa, sebab cita-citanya yang selangkah lagi terwujud – yakni menjadi pemain bola profesional demi membahagiakan orang tua, kandas karena cedera kaki. Perjumpaan dengan Kartolo membikin semangat Dodik membara lagi.

Itulah awal mula pertemuan Dodik dengan komunitas Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas alias Supeltas. Sejak itu, Dodik mulai aktif menjalin komunikasi dengan para Supeltas.

Mulai intens di komunitas, Dodik mengetahui bahwa kesehatan adalah salah satu masalah penting. Tiap hari, Supeltas terpapar polusi udara. Bahkan, Dodik mengabarkan ada seorang Supeltas yang meninggal karena penyakit paru-paru.

Perhatian Dodik terhadap kesehatan dan kesejahteraan Supeltas akhirnya berbuah manis. Ia menjadi pemenang #ProjectPassion Wismilak Passionville 2017. Passionville merupakan kompetisi proyek sosial yang mengajak anak muda Indonesia untuk merealisasikan proyek sosialnya melalui aspirasi kreatif dan inovatif dalam bentuk ide-ide proposal, yang diharapkan berdampak positif serta menginspirasi lingkungan sekitar.

Ide Dodik simpel, yaitu membuat masker kesehatan untuk Supeltas. Bentuk maskernya sama seperti masker-masker pada umumnya, tetapi bedanya adalah di bagian mulut diberi lubang sebagai tempat peluit.

Untuk membalas utang budinya terhadap Supeltas, Dodik juga melakukan pre-launching buku berjudul Bernapas dalam Peluit yang diterbitkan oleh PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta.

Buku yang menceritakan kehidupan para Supeltas di Kota Solo tersebut dituliskan selama satu tahun. Agar penulisannya dalam, pemuda 20 tahun tersebut juga ikut menyelami kehidupan sehari-hari Supeltas dengan tinggal bersama mereka.

“Mendengar kisah dan semangat mereka membuat saya terinspirasi untuk membuat proyek sosial ini,” tuturnya dalam diskusi “Peran Supeltas dalam Dinamika Transportasi Kota” yang digelar di Monumen Pers Nasional, Jumat (22/2/2019).

Diskusi tersebut menampilkan pembicara Dodik Moerdijanto sebagai pemenang #ProjectPassion Wismilak Passionville 2017, Kabid Lalu Lintas Dishub Surakrata Ari Wibowo (mewakili Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo), Kanit Dikyasa Satlantas Polresta Surakarta AKP Novilia (mewakili Kasatlantas Polresta Surakarta Kompol Imam Safii), Koordinator Supeltas Surakarta Rahmat Kartolo, Community Manager Wismilak Foundation Edric Chandra, dan Editor PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta Ferrial Pondrafi.



Acara itu juga menjadi tempat peluncuran Yayasan Supeltas Indonesia yang sudah resmi berbadan hukum. Yayasan ini diharapkan bisa menjadi wadah bagi anggota Supeltas dalam hal kesejahteraannya. Di akhir acara, masker kesehatan dibagikan kepada 60 anggota resmi Supeltas.

Edric Chandra berharap agar ide-ide semacam itu bisa selalu dikembangkan anak-anak muda Indonesia. “Anak muda identik dengan ide-ide inovatif dan ide yang dapat memberikan dampak positif terhadap penyelesaian isu-isu sosial di Indonesia. Ini merupakan aset Indonesia yang membangun,” terangnya.