Beratnya Jadi Supeltas, Pernah Diludahi Saat Bertugas

2364

Soloevent.id – Kalau kamu lewat di beberapa ruas jalan Kota Solo, kamu akan menjumpai seseorang yang mengenakan kemeja biru berlapis rompi hijau sedang memberikan aba-aba kepada pengguna jalan sambil meniup peluit. Mereka adalah Supeltas (Sukarelawan Pengatur Lalu-lintas). Kehujanan, kepanasan, bahkan terkena polusi bukan menjadi halangan untuk mengatur kelancaran jalan.

Salah satu dari mereka adalah Rahmat Kartolo. Dia adalah Koordinator Supeltas Surakarta. Kartolo telah banyak makan asam garam dalam dunia Supeltas karena profesi itu sudah digelutinya selama puluhan tahun. “Dulu, kami sering disebut polisi cepek. Padahal Supeltas berbeda. Kami tidak pernah meminta uang, ini sukarela dari kami untuk mengatur kepadatan lalu-lintas,” terangnya saat diskusi “Peran Supeltas dalam Dinamika Transportasi Kota”, di Monumen Pers Nasional, Jumat (22/2/2019).

Sebelum terlibat sebagai pengatur lalu lintas, beberapa anggota Supeltas dulunya merupakan preman, copet, hingga bandar narkoba. Kini, dunia hitam tersebut telah ditinggalkan. Dengan menjadi Supeltas, mereka ingin hidupnya bermanfaat bagi orang lain.

Banyak kisah suka-duka yang dialami para Supeltas, seperti diludahi pengendara dan hampir terserempet pengendara motor yang melintas. Namun, mereka tetap sabar dan ikhlas menghadapinya. “Dulu pernah diludahi, saya tegur kenapa meludahi saya. Kata dia, saya bukan polisi dan orang tersebut sedang terburu-buru. Akhirnya saya bilang saya bangga jadi Supeltas daripada jadi seorang peminta-minta. Lalu saya persilakan orang tersebut untuk melanjutkan perjalanan,” kenang Kartolo.

Supeltas resmi dibentuk Juni 2006 dan bekerja sama dengan Polresta Surakarta. Supeltas diresmikan di Lapangan Kota Barat oleh Pemkot Surakarta dan kedinasan terkait.

Kini, Supeltas mulai dikenal luas di Solo. Mereka memberikan pelajaran bagi warga  agar tertib berlalu lintas seperti slogan Kota Solo “Tertib berlalu lintas adalah cermin budaya wong Solo”. Anggota resmi Supeltas yang berjumlah 60-an orang mendapat binaan dari Satlantas Polresta Surakarta. Mereka juga dibekali ilmu tentang 12 gerakan mengatur lalu-lintas.

Seiring banyaknya jumlah kendaraan yang melintas di jalanan Solo, peran Supeltas sepertinya sangat dibutuhkan. Biar semangat mereka semakin bertambah, Dodik Moerdijanto (Pemenang #ProjectPassion Wismilak Passionville 2017) merancang masker kesehatan untuk mereka. Ia juga bakalan merilis buku Bernapas Bersama Peluit yang menceritakan kehidupan Supeltas.

Dodik turut me-launching Yayasan Supeltas Indonesia yang diharapkan dapat membantu kesejahteraan Supeltas. Dengan diresmikannya yayasan itu, Supeltas yang semula hanya berbentuk komunitas relawan, kini sudah berbadan hukum resmi. Selain itu, dengan adanya yayasan, Supeltas diharapkan bisa memiliki struktur, program kegiatan, alur komunikasi dan koordinasi yang lebih jelas dan tertata.



Sudah tahu, kan, beratnya jadi seorang Supeltas? Jadi, kalau kamu ketemu sama anggota Supeltas yang sedang bertugas, minimal berikan senyum dan terima kasih atas kebaikannya.