Menghidupkan Kembali Filosofi Payung Lewat Festival Payung 2014

957
filosofi festival payung-prev__

filosofi festival payung-post__

Tak hanya mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dari sengatan matahari dan rintik hujan, payung pun memiliki kandungan historis tersendiri. Dulu, payung menjadi pembeda simbol status sosial antara raja dan rakyatnya. Di beberapa kerajaan di Indonesia, seperti Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Mangkunegaran, payung masih tersimpan sebagai benda warisan leluhur yang sarat muatan filosofis.

Berkenaan dengan itu, Kementerian Pariwisata melalui Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya menggelar sebuah hajatan bernama Festival Payung Indonesia 2014, Jumat-Minggu (28-30/11/2014), yang bertempat di Taman Balekambang Solo. Melalui event ini, pemerintah ingin mengajak masyarakat untuk mengingat kembali sejarah kebudayaan payung di Nusantara. Perhelatan ini juga menjadi upaya pemerintah untuk menghidupkan kembali industri payung yang sempat berjaya di beberapa daerah.

Beragam acara telah disiapkan oleh panitia penyelenggara. Menurut Ketua Pelaksana Festival Payung 2014, Heru Prasetya, pihaknya telah menggandeng beberapa seniman dari beberapa provinsi untuk menampilkan karya yang menjadikan payung sebagai point of interest. “Beberapa fashion desainer juga kami undang. Dalam acara ini kami ingin menampilkan karya pertunjukan yang berbasis payung,” tuturnya saat menggelar jumpa pers di Balekambang Resto Solo, Kamis (27/11/2014).

Festival yang baru pertama kali digelar di Kota Bengawan ini akan dibuka oleh penampilan Endah Laras. Penyanyi yang identik dengan kencrung tersebut bakal membawakan dua buah lagu yakni “Payung Fantasi” ciptaan Ismail Marzuki, dan satu nomor ciptaannya”Payung Nusantara”. Selama repertoar berlangsung, para model dari Red Batik Solo akan berlenggak-lenggok mengikuti irama lagu.

Malam harinya, agenda bertajuk “Closer to Umbrella” akan menampilkan karya rancangan desainer Rory Wardana, Bambang Besur, Titi Maenawati, Indrias Senthir, SMK Marsudirini dan perancang dari Tasikmalaya. Tak hanya itu, pada Sabtu malam, sub acara “Temu Koreografer Wanita” akan mengetengahkan pentas tari arahan Fadilla Oziana (Padang Panjang), Astri Kusuma Wardani (Solo), Mila Rosinta (Yogyakarta), dan Ni Nyoman Yuliamarheni (Solo).

Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Ahman Sya Puji, mengutarakan optimismenya terhadap perhelatan ini. “Payung menjadi bagian kehidupan dan juga simbol perlindungan, ekonomi, dan kesejahteraan,” ungkapnya. Menurutnya, jika acara ini sukses, tak pelak akan dibawa ke ranah yang lebih luas.