Hujan Tak Halangi Festival Payung Indonesia 2014

777
festival payung-prev_

festival payung-post__

Jumat (28/11/2014) sore itu, mendung tampak menggelayuti langit Taman Balekambang Solo. Seakan tak menghiraukan kelamnya angkasa, banyak orang asyik berfoto ria di bawah instalasi payung yang dipasang di sekitaran lokasi taman peninggalan KGPAA Mangkunegara VII itu. Ya, warna-warni seni instalasi tersebut menjadi primadona dalam ajang Festival Payung Indonesia 2014.

Namun kehendak alam tidak bisa dibendung. Hujan turun membasahi hutan kota tersebut. Ribuan orang yang hadir untuk menyaksikan prosesi pembukaan perhelatan yang baru pertama kali digelar di Indonesia ini, terpaksa berteduh di beberapa stan yang ada di area festival. Pembukaan acara yang sedianya digulirkan pada pukul 15.00 WIB harus diundur.

Selang satu jam, intensitas hujan telah berkurang. Rintik airnya menyambut kedatangan jajaran Kementerian Pariwisata dan Pemerintah Kota Solo, yang juga telah lama dinanti. Menteri Pariwisata, Arief Yahya, turut hadir dalam rombongan. Penampilan Reog Nirboyo dari Gunungkidul menjadi awalan pembukaan Festival Payung Indonesia 2014.

Penyanyi keroncong, Endah Laras, menjadi penampil berikutnya. Jika biasanya ia tampil solo, di kesempatan itu Endah mengajak serta Dimas Santo untuk mengisi instrumen keyboard. “Payung Nusantara” yang menceritakan tentang payung sebagai wujud keberagaman budaya Indonesia, dipilih sebagai lagu pembuka. “Lagu ini sengaja saya ciptakan untuk Festival Payung Indonesia,” tuturnya di atas panggung. Di lagu kedua, 20-an model dari Komunitas Red Batik tampil berlenggak-lenggok mengikuti irama tembang “Payung Fantasi” ciptaan Ismail Marzuki.

Dalam sambutannya, Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo menyampaikan bahwa filosofi payung begitu tinggi. “Payung tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Dari lahir sampai mati, kita akan menggunakan payung,” tuturnya. Rudy menambahkan, payung yang merupakan akronim dari bapa lan biyung (bapak dan ibu) – disimbolkan oleh Rudy sebagai pemerintah – akan memayungi dan memberikan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.

Sementara Menteri Pariwisata, Arief Yahya, menuturkan bahwa industri kerajinan payung merupakan bentuk ekonomi kreatif yang harus dapat diperjuangkan. Ke depannya, agar kreativitas tersebut dapat terus hidup, maka pemerintah harus mendaftarkannya ke dalam HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). “Jika nilai ekonomi industri tersebut dapat berkembang, maka itu dapat menarik kunjungan wisatawan ke Indonesia, terutama Solo,” katanya.

Festival Payung Indonesia 2014 sendiri akan berlangsung selama tiga hari, Jumat-Minggu (28-30/11/2014) di Taman Balekambang, Solo. Banyak agenda yang dihelat, dan kesemuanya akan mengeksplorasi payung.