Jenang Penuh Filosofi Ini Bisa Dicicipi Di Festival Jenang Solo 2017 (Bagian 2)

1456

jenang-koloh

  • Jenang Grendul

Jenang ini lumayan mudah didapatkan di masa sekarang. Jenang Grendul mengajarkan bahwa hidup itu seperti cakra panggilingan: kadang ada di atas, kadang pula di bawah. Dan supaya punya keharmonisan hidup, kita perlu berkawan dengan perbedaan-perbedaan yang ada di sekitar.

  • Jenang Lahan

Hampir sama dengan Jenang Saloko, Jenang Lahan kerap disajikan tanpa “hiasan”. Bedanya, jenang ini lebih encer dan memiliki tekstur tidak rata. Nilai yang ada di dalamnya yakni saat di hadapan Sang Pencipta, manusia harus bisa meninggalkan kenegatifan diri.

  • Jenang Kolep

Jenang Kolep sering diberi garis-garis warna sebagai toping. Warna-warna itu sebagai lambang bahwa ada banyak perbedaan yang ada dalam masyarakat. Kita dituntut untuk menghargai dan menghormati perbedaan tersebut.

  • Jenang Taming

Jenang ini merupakan perpaduan dari Jenang Pati, Jenang Sumsum, Jenang Grendul, dan Jenang Lang. Belajar menjaga kekuatan dan mengenali kelemahan serta dengan selalu berdoa kepada Tuhan adalah maksud dari jenang ini.

  • Jenang Koloh

Hampir sama dengan Jenang Kolep, tetapi perbedaan terletak pada toping-nya. Bentuk toping bukan garis-garis, dan warna yang dipilih kebanyakan cerah. Secara tersirat, Jenang Koloh mengajarkan agar manusia selalu berproses untuk menuju kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.

  • Jenang Sum-sum

Pasti kamu sudah sering mencicipinya, kan? Karena ada juruh (kuah) gula jawa, menjadikan jenang ini punya rasa manis-gurih. Tahu enggak kalau Jenang Sum-sum melambangkan kelamahan dan kekuatan yang selalu melekat dalam diri manusia? (Bersambung ke halaman selanjutnya)