Jembatan Jurug, Pengganti Lalu Lintas Sungai dan Pelengkap Jalur Kereta Api

181

Soloevent.id – Tidak lama lagi tepatnya 5 September 2023 mendatang jembatan Jurug akan kembali dibuka usai dibangun selama setahun. Keberadaannya memiliki peran sangat penting, khususnya bagi masyarakat yang ingin pergi ke Solo atau sebaliknya ke daerah lain di wilayah timur.

Informasi ini disampaikan sendiri oleh Walikota Surakarta, Gibran Rakabumingraka. Dia menyebutkan, dalam pembukaan ini tidak akan ada acara peresmian dan seremoni lainnya, sehingga bagi yang ingin lewat tinggal melalui saja.

Aliran Sungai Bengawan Solo

Pada sisi yang lain semua pasti tahu apabila di bawah jembatan Jurug, terdapat aliran sungai paling legendaris sekaligus terpanjang di Pulau Jawa yaitu Sungai Bengawan Solo. Aliran ini merupakan salah satu bagian penting di kehidupan masyarakat bahkan memiliki cerita sejarah maritim yang sangat panjang di masa lalu.

Menurut penjelasan dari situs surakarta.go.id, sejak zaman kerajaan Majapahit hingga Mataram Islam, Bengawan Solo berperan sebagai jalur utama yang sering dilalui oleh kapal-kapal ukuran besar milik para pedagang. Mereka membawa berbagai komuditas yang kemudian didistribusikan melewati sungai-sungai lain di Solo.

Masuk era penjajahan atau kolonial Belanda, aliran Bengawan Solo tetap punya peran penting bagi dunia perniagaan. Terkait dengan kepentingan ini, pemerintah kolonial tidak segan membangun bandar dan pelabuhan di sejumlah wilayah. Terlebih di masa itu semakin pedagang etnis China dan Arab yang melakukan hubungan niaga dengan warga pribumi.

Pembangunan Jalur Kereta Api dan Jembatan Jurug

Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1883, pemerintah kolonial membangun jalur kereta api yang terbentang di atas aliran Bengawan Solo dan letaknya tak terlalu jauh dari lokasi pembangunan jembatan saat ini. Menurut informasi dari wikipedia.id jalur ini jadi penghubung daerah timur dan barat.

Sementara itu berdasarkan beberapa literatur Belanda, proyek yang selesai pada tahun 1884 ini dikerjakan oleh perusahaan kereta api Belanda, Staatsspoorwegen. Kemudian usai dibangun diberi nama Spoorbrug tusschen Solo en Madioen atau Jembatan Sepur Solo dan Madiun. Sedangkan oleh masyarakat setempat, acap disebut sebagai Kreteg Sepur Jurug.

Pada sisi lain meski statusnya dijajah oleh Belanda, Solo tetap memiliki hak mengatur pemerintahan sendiri. Selanjutnya saat kekuasaan berada di tangan raja Paku Buwono (PB) X, pada tahun 1913 dibangun jembatan Jurug dan selesai pada 1915.

Beda dengan pembangunan jalur kereta api, proyek ini adalah hasil kerjasama antara pemerintah kolonial dengan Keraton Kasunanan, Surakarta dan yang berperan sebagai inisiator adalah PB X. Sehingga yang meresmikan juga PB X sendiri, bersama residen Surakarta, F.P. Sollewijn Gelpe.

Peresmian ini berlangsung secara meriah bahkan banyak tamu penting yang ikut hadir termasuk Adipati Mangkunegaran, Sri Mangkunegara VI. Dia datang bersama Adipati Pakualaman, Sri Paku Alam VII dan bergabung ikut menyemarakkan acara tersebut.