Bayu Wardhana Visualkan Kota Solo Dalam Kanvasnya

1170

BAYU-WARDHANA-VISUALKAN-KOTA-SOLO-DALAM-KANVASNYA_

Sebanyak 40 lukisan terpampang di dinding-dinding Bentara Budaya Balai Soedjatmoko. Lukisan berbahan dasar cat acrylic itu jika diamati sekilas mengingatkan kepada karya-karya Affandi. Dengan “melanggar” kaidah pemberian warna sesuai apa yang ditangkap oleh indera penglihat, ditambah kesan ekspresionis yang ditampilkan, justru menjadi nilai artistik dan keunikan tersendiri bagi setiap karya yang dihasilkan oleh si pembuat.

Bayu Wardhana namanya. Seniman lukis asal Yogyakarta tersebut, pada 27-31 Agustus akan memamerkan hasil guratan tangannya yang bertemakan “Solo”. Ya, dalam eksebisinya kali ini dia sengaja memilih tema itu dikarenakan kota berplat AD ini adalah tempat yang eksotis baginya. Seperti ketika proses pembuatan “Jembatan Kereta Bengawan”, dia merasakan nuansa yang menurutnya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

“Sebelumnya, saya hanya mendengar cerita tentang Bengawan Solo. Ketika saya benar-benar sampai di sana, dan melihat ke bawah jembatan, saya harus mendapat gambar yang bagus, momen yang bagus. Itu nikmat sekali,” ungkap pria kelahiran 7 Agustus 1964 ini.

Memang, dalam menghasilkan karya-karyanya, Bayu menggunakan gaya on the spot, yang mana si pelukis harus benar-benar berada di lokasi dalam rentang waktu pembuatannya. Ketika ditanya butuh waktu berapa lama dalam menghasilkan setiap gambar, dia menuturkan bahwa tiga jam merupakan waktu paling maksimal baginya untuk menuangkan apa yang ia lihat dan rasakan ke dalam kanvas.

Lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tersebut menjelaskan, persiapan yang ia butuhkan dalam pameran tunggal ini kurang dari sebulan. Adalah semangat yang mendorongnya agar terus berkarya. Sehingga ia pun tak segan dalam melakukan eksplorasi di sudut-sudut Kota Solo untuk memvisualkannya.

Karya-karyanya banyak merekam kondisi Kota Solo dari segi interaksi, sosial-budaya-historis, ekonomi, maupun landscape. Seperti karya “Pasar Kembang Solo” yang menampilkan para pedagang bunga sedang menata jualannya, “Dialog Panggung” menggambarkan suatu pementasan di Gedung Wayang Orang Sriwedari. Contoh lain adalah lalu-lalang kendaraan bermesin dan non mesin yang ia transformasikan dalam “Perempatan Nggading”.

Dalam sambutannya di pembukaan Pameran Seni Rupa “Solo” pada Selasa (26/8/2014), kurator Bentara Budaya Balai Soedjatmoko, Ardus M. Sawega, mengatakan bahwa lukisan-lukisan Bayu Wardhana merupakan karya yang lembut dan ekspresif. “Semoga dia bisa menjadi inspirasi bagi seniman-seniman di Solo. Karena dia merupakan seniman yang total di kehidupan keseniannya,” harapnya.

Gallery :