Warna-warni Lima Ribu Penari Jaranan Meriahkan Hari Tari Dunia

1705

Soloevent.id – Ribuan murid SD/SMP se-Kota Solo menari Jaranan secara massal di Stadion Sriwedari, Senin (29/4/2019), dalam Solo Menari 2019. Pemerintah Kota Surakarta mengadakan acara ini untuk memeriahkan Hari Tari Dunia, yang diperingati setiap 29 April.

Mulai pukul 15.45 WIB, para penari memasuki lapangan. Mereka menggunakan kostum warna-warni. Kostum berwarna kuning berada di sisi utara, kostum hijau di sisi selatan, kostum merah berada di barisan paling depan, dan kostum hitam di bagian belakang.

Solo Menari 2019 dibuka dengan tarian Kuda-Kuda karya S. Marini yang ditarikan oleh 50 penari putra. Setelah itu tarian Jaranan oleh 5.000 penari putra dan putri pun dimulai. Mereka tampak lihai dan bersemangat mengikuti gerakan instruktur yang memandu dari atas panggung.

Uniknya, para penari jaranan membentuk tiga formasi berbeda, yaitu peta Indonesia, tulisan Solo Kota Budaya, dan Hari Tari Dunia 2019. Formasi apik ini akan terbaca bila dilihat dari atas.

Tari massal ini berhasil dicatatkan dalam buku rekor LEPRID (Lembaga Prestasi Indonesia Dunia) dengan kategori “Pagelaran Tari Jaranan Kolosal dengan Peserta Terbanyak”. Pemberian piagam diserahkan langsung oleh Ketua Umum LEPRID Paulus Pangka kepada Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo.

Rudy (sapaan F.X. Hadi Rudyatmo) yang membuka event ini menyampaikan bahwa tari Jaranan punya filosofi yang bisa dicontoh anak-anak. “Kuda itu mempunyai tenaga kuat dan semangat besar. Mempunyai pandangan ke depan serta tidak tolah-toleh, harapannya anak-anak bisa mempunyai karakter yang sama ketika menjadi seorang pemimpin,” ujarnya.



Kepala Dinas Kebudayaan Surakarta Kinkin Sultanul Hakim mengatakan tujuan diadakannya Solo Menari untuk mengembangkan ekonomi kreatif dan budaya tari, serta sarana untuk menumbuhkan rasa cinta Tanah Air.

Tari Jaranan adalah kesenian tradisional yang dimainkan dengan cara menaiki kuda tiruan atau jaran kepang. Tari Jaranan yang ditampilkan di Solo Menari 2019 diciptakan oleh S. Pamardi, dosen tari Institut Seni Indonesia Surakarta.