Sukuh World Dance Day, Ajang Pelestarian Budaya Dalam Wujud Gerak dan Tari

24

Soloevent.id – Selama dua hari dari Sabtu – Minggu (27 – 28 Aril 2024) ada sebuah suasana yang berbeda di Candi Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Puluhan seniman dari sejumlah daerah di Indonesia dan mancanegara tampil bersama dalam pergelaran bertajuk Sukuh World Dance Day.

Sesuai penyebutannya, penyelenggaraan event ini bertujuan untuk menyemarakan peringatan Hari Tari sedunia dengan mengambil tema Sudalama. Insprirasinya datang dari salah satu kisah yang termuat dalam relief Candi Sukuh dan merupakan wujud dari upaya pelestarian budaya, terutama melalui seni gerak dan tari.

Inisiator pergelaran ini adalah Studio Plesungan yang bekerja sama dengan Indonesia Heritage Agency (IHA) dan mendapatkan dukungan dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud dan Ristek). Sedangkan yang bertindak sebagai konseptor acara yakni Melati Suryodarmo, seorang seniwati kondang asal Solo.

Candi Sukuh Menjadi Sumber Pengetahuan

Dalam wawancaranya dengan tribunnews dia mengungkapkan, Candi Sukuh merupakan cagar budaya yang dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan. Melalui Sukuh World Dance Day, kebudayaan ini bisa diaktifkan kembali. Selain itu dijelaskan pula, tema yang diambil kali ini berkaitan dengan olahrasa dan olahraga yang kemudian diimplementasikan dengan seni gerak dan tari.

Menurutnya, cerita dalam relief Sudalama yang ditunjukan dalam peringatan Hari Tari Sedunia tersebut kerap digunakan di kisah-kisah pewayangan, terutama dalam ritual ruwatan. Dia juga menegaskan, pertunjukan tari itu bukan tidak hanya berhubungan dengan urusan tata panggung belaka.

Justru yang lebih penting, tarian merupakan penjelmaan keutuhan raga dan jiwa. Lebih dari itu juga menjadi bagian dari proses pencarian keseimbangan jiwa yang bisa didapat melalui aneka ragam meditasi gerak. Melalui meditasi gerak inilah tubuh dapat memperoleh asupan energi positif.

Di kesempatan yang sama Melati menyebutkan, bahwa Sukuh World Dance Day 2024 adalah salah satu bagian dari rangkaian trilogi yang didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayan. Sedangkan dua lainnya adalah 24 Jam Menari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Pura Mangkunegaran yang berperan jadii rumah budaya. Melalui ketiga jaringan ini Melati berharap bisa menguatkan ekosistem tari dan meningkatkan rasa cinta masyarakat terhadap seni tari.

Mugiyono, seorang seniman tari asal Kabupaten Klaten turut berpendapat, Sukuh World Dance 2024 merupakan sebuah pergelaran yang sangat menarik. Alasannya adalah karena yang dipilih sebagai inspriasi untuk berkesenian dan menciptakan karya adalah relief candi. Seniman tari kontemporer ini menyebutkan, tari memiliki kesamaan dengan kehidupan, sehingga tidak perlu dijadikan beban atau dihafal.

Pendapat senada disampaikan oleh Kepala Disdikbud Karanganyar, Agam Bintoro. Tak segan dia memberi apresiasi terhadap penyelenggaraan Sukuh World Dance 2024, khususnya terkait dengan tema Sudalama. Menurutnya acara ini bisa membantu menghilangkan energi negatif di tubuh, sehingga tercipta kepribadian yang bersih dan jernih.