Sejarah Peringatan Hari Jadi Kota Solo

2696

PASAR-GEDE

Soloevent.id – Sering kali muncul pertanyaan, terutama dari mereka yang bukan warga Solo, “Apa beda Solo dan Surakarta?”. Warga Solo sendiri pun banyak yang tidak tahu jawabannya. Padahal kedua nama itu berhubungan erat dengan hari jadi Kota Solo.

Sejarah Kota Solo bermula tatkala Keraton Kartosuro mengalami kehancuran akibat serbuan pemberontak Kerajaan Mataram. Akhirnya Pakubuwana II menunjuk beberapa orang untuk mencari tempat yang akan digunakan sebagai pusat pemerintahan kerajaan yang baru. Pada mulanya, ada tiga tempat usulan, yaitu : Desa Kadipala, Desa Sala dan Desa Sana Sewu.

Pakubuwana pun memilih Sala sebagai lokasi pindahnya pusat pemerintahan. Ia pun menamainya Surakarta Hadiningrat. Dan pada 17 Februari 1745 pusat pemerintahan Kerajaan Mataram dipindahkan ke Surakarta. Perpindahan ini pun dirayakan dengan kirab besar-besaran dan diperingati sebagai hari jadi Kota Solo.

Di Desa Sala itulah mulai dibangun peradaban baru. Disebut Desa Sala karena di desa tersebut terdapat seorang tokoh masyarakat yang arif dan bijaksana bernama Kyai Sala. Selain itu desa tersebut juga dipenuhi dengan pohon Sala atau pohon Tom atau Nila, namun ada juga yang menyebutnya sejenis pohon Pinus.

Perubahan dari nama Sala menjadi Solo terjadi karena ada kesalahan pelafalan dari orang-orang Belanda yang kala itu masih menguasai wilayah Indonesia. Akhirnya, karena saking seringnya dilafalkan sebagai Solo, maka nama itu menjadi kian melekat di telinga orang-orang.

Di tahun 2017, rangkaian peringatan ulang tahun Kota Solo sudah dilakukan sejak awal Februari yaitu penyelenggaraan Solo Great Sale, kemudian ada juga pre-event festival jenang yang jatuh pada 12 Februari lalu. Sementara puncak acara akan berlangsung pada Jumat 17 Februari 2017 dalam bentuk upacara di Stadion Sriwedari dan dilanjutkan dengan Festival Jenang di Koridor Ngarsopuro.

Festival ini akan menyajikan banyak sekali sajian jenang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk diantaranya 17 jenis jenang yang menjadi pelengkap sesaji perpindahan pemerintahan pada 272 tahun silam.