Merah Bercerita Launching Album Perdananya

1025
SEBUAH KADO UNTUK WIDJI THUKUL

SEBUAH KADO UNTUK WIDJI THUKUL

Event bertajuk Narasi Ilusi Zaman menjadi pembuktian band asal Kota Solo, Merah Bercerita, untuk terus melaju di skena musik Indonesia. Acara yang digelar Rabu (26/8/2015) itu, grup beraliran pop-blues ini me-launching album perdananya.

Di album self titled ini, Merah Bercerita mengeksplorasi berbagai macam genre, seperti pop, blues, balada, serta keroncong. Satu lagi yang perlu diperhitungkan dari album yang direkam di Carmesha Studio tersebut, adalah kekuatan liriknya. Kedua hal itu menjadi nyawa bagi Merah Bercerita.

Isu sosial dan politik memang mendapat porsi lebih di album ini. Bangunan album yang berisi sepuluh lagu tersebut, terasa lebih “megah” dengan adanya empat puisi Widji Thukul yang dimusikalisasikan. Keempatnya yaitu “Apa Guna”, “Kebenaran Akan Terus Hidup”, “Bunga dan Tembok”, dan “Derita Sudah Naik Seleher”.

Seniman yang hingga kini tidak diketahui keberadaannya itu, memang banyak memberikan inspirasi sang putra, Fajar Merah, untuk terus menyuarakan kegeramannya kepada ketidakadilan. Salah satu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut adalah album ini.

Fajar yang juga menjabat sebagai vokalis dan pemain gitar di Merah Bercerita, mengaku mempersembahkan albumnya kepada sang bapak. “Launching ini bertepatan dengan hari lahir beliau. Kami ingin memberikan kado bagi beliau. Melalui musik, kami ingin menyuarakan lagi apa yang sebelumnya pernah disuarakan beliau,” tuturnya saat ditemui wartawan usai acara.