Plegung Sapi, Tradisi Memandikan Sapi dan Minum Dawet di Jatinom, Klaten

26

Soloevent.id – Tak mau kalah dengan daerah lain khususnya di Jawa, Klaten memiliki banyak sekali budaya unik yang digelar rutin tiap tahun. Salah satunya yaitu upacara adat di Dukuh Bunder Jarakan, Desa Bandungan, Kecamatan Jatinom. Belum lama ini warga setempat melakukan serangkaian kegiatan bersih dusun yang diisi dengan tradisi Plegung Sapi dan Dawetan.

Atraksi menarik ini dilangsungkan pada Minggu pagi, 28 April 2024 kemarin dan dipusatkan di Kedung Tanggul Rejo Guyub Rukun. Suasananya terlihat sangat meriah karena yang terlibat tidak hanya masyarakat dusun saja, namun juga didatangi oleh sejumlah tokoh dan wisatawan.

Acara diawali dengan arak-arakan hewan ternak sapi milik warga yang kemudian dimasukkan ke dalam kedung untuk dibersihkan serta dimandikan. Setelah itu langsung dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa menit.

Selanjutnya ada pembacaan doa yang diiringi dengan memercikan air suci ke tubuh sapi. Dari sini diteruskan lagi dengan tradisi dawetan atau minum dawet. Tujuan dari upacara ini tak lain adalah sebagai wujud syukur sekaligus permohonan kepada Tuhan agar senantiasa mendapat keselamatan. Selain itu ada harapan lain, bisa memiliki hewan ternak sapi yang tumbuh dengan sehat dan gemuk.

Usai minum dawet bersama-sama, masih ada acara lain berupa kirab budaya yang diikuti oleh ratusan peserta. Mereka jalan kaki keliling dusun sambil membawa gunungan hasil bumi dan nasi tumpeng. Setelah sampai kembali ke area kedung, semua makanan tersebut bisa dinikmati bersama, termasuk para penonton. Sesudahnya acara diakhiri dengan halal bihalal atau saling maaf memaafkan.

Pusat Peternakan Sapi

Ketua panitia Plegung Sapi, Basir mengungkapkan, sebagian besar penduduk Dukuh Bunder Jarakan memiliki profesi sebagai peternak sapi dengan populasi mencapai lebih dari 500 ekor. Fokus yang dijalankan dari bidang pekerjaan ini adalah usaha ternak sapi peranakan, meski ada sebagian yang lebih tertarik menekuni usaha penggemukan sapi.

Selain itu tak sedikit pula yang menjalankan bidang lain yang masih berkaitan, yaitu memerah susu sapi. Jumlah sapi perah yang ada di dukuh ini juga lumayan banyak, sekitar 250 ekor dan yang lebih membahagiakan lagi, semuanya merupakan milik warga sendiri.

Atas dasar inilah warga setempat kemudian mengangkat tradisi Plegung Sapi sebagai upaya untuk mengangkat budaya lokal sekaligus menjadikannya sebagai atraksi wisata. Selain itu ada tujuan lain yang tak kalah penting, yakni mengenalkan Dukuh Bunder Jarakan sebagai pusat pengembangan usaha peternakan sapi.

Kepada radarsolo.jawapos.com Basir kembali menjelaskan, untuk kedepannya atraksi budaya Plegung Sapi akan dibikin dan digarap secara lebih serius agar bisa menjadi tontonan menarik. Sehingga harapan untuk mendatangkan wisatawan yang lebih banyak juga dapat terwujud.

Pendapat senada disampaikan pula oleh Camat Jatinom, Agus Sunyata. Dia memberi apresiasi tinggi terhadap penyelenggaraan tradisi Plegung Sapi karena selain untuk melestarikan budaya, kegiatan tersebut dapat membantu meningkatkan perekonomian warga.