Menikmati Nuansa Magis dan Syahdu di Candi Cetho Kabupaten Karanganyar

92

Soloevent.id – Tidak hanya pemandangan alam saja, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah punya pesona wisata lain yang sangat menarik dikunjungi berupa candi. Salah satunya adalah Candi Cetho yang terletak di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi dan berada di ketinggian 1.496 mdpl.

Sama seperti Candi Sukuh yang juga ada di Kabupaten Karanganyar, destinasi wisata sejarah tersebut adalah candi Hindu. Demikian pula pembangunannya, juga dilakukan hampir bersamaan, di era akhir kejayaan Kerajaan Majapahit atau sekitar tahun 1451 Masehi dan selesai pada 1475 Masehi.

Terdiri Dari 9 Teras

Ketika ditemukan pertama kali pada 1842 oleh ilmuwan Belanda, Van der Vlies dan sejumlah peneliti lainnya, candi ini mempunyai 14 teras. Namun saat ini yang tersisa hanya 9 teras saja dan sudah dilakukan pemugaran pada 1975 – 1976 oleh pemerintah Indonesia.

Di teras pertama terlihat gapura ukuran besar dan patung penjaga yang jumlahnya ada dua, di sisi kanan dan sisi kiri. Menapak ke teras kedua, wisatawan dapat menjumpai petilasan leluhur Dusun Cetho yang bernama Ki Ageng Kricingwesi.

Kemudian pada teras ketiga, ada lempengan batu datar berbentuk kura-kura raksasa. Sebagian besar ahli sejarah yang memperkirakan jika hewan kura-kura ini merupakan simbol Kerajaan Majapahit penciptaan alam semesta.

Masih di area yang sama, terdapat lambang alat kelamin pria atau phallus yang ukuran panjangnya mencapai sekitar 2 meter. Benda ini dipercaya sebagai simbol penciptaan atau asal muasal kehidupan manusia.

Lanjut ke teras keempat, tampak relief yang menggambarkan cerita Samudrmanthana dan Garudewa. Keberadaan kedua kisah ini menguatkan dugaan bahwa Candi Cetho dibangun dengan tujuan untuk melaksanakan ritual ruwatan atau menghilangkan nasib sial.

Apalagi mengingat di teras kelima dan keenam, ada sejumlah pendapa yang dipercaya dijadikan tempat untuk melaksanakan upacara keagamaan. Sedangkan di teras ketujuh ada dua arca di sebelah kanan dan kiri, masing-masing bernama arca Sabdapalon dan arca Nayagenggong. Keduanya adalah penasihat raja terakhir Majapahit, Brawijawa V.

Naik lagi ke teras delapan, dijumpai lagi simbol alat kelamin pria tetapi untuk kali ini dibuat dalam bentuk arca. Selain itu ada arca lain yang dipercaya sebagai perwujudan Raja Brawijaya V dan ditampilkan dalam figur mahadewa.

Sedangkan di teras ke sembilan, merupakan tempat untuk berdoa secara pribadi yang dilengkapi dengan patung Dewi Saraswati. Patung ini merupakan patung baru, hadiah dari pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali. Alasan pemberian hadiah ini adalah karena antara penduduk sekitar Candi Cetho dan warga Girianyar punya leluhur yang sama.

Setiap naik dari satu teras ke teras lain, wisatawan akan merasakan suasana magis dan dan syahdu. Ditambah dengan lokasinya yang terasa dingin dan sejuk karena berada di atas lereng Gunung Lawu, bikin hati terasa semakin nyaman dan damai.

Untuk masuk ke Candi Cetho, pengunjung dikenakan tiket masuk seharga Rp15.000 untuk wisatawan umum dan Rp7.000 untuk pelajar. Destinasi ini buka setiap hari dari jam 07.30 – 16.30 WIB.