Mengenal Batik Motif Parang Yang Tak Boleh Dipakai Oleh Sembarang Orang

98

Soloevent.id – Sejak memiliki raja baru, Sri Mangkunegara X dan ada pembukaan Pracima Tuin atau Taman Pracima untuk masyarakat umum, terjadi kenaikan kunjungan wisata di Pura Mangkunegaran. Apalagi saat liburan sekolah, Natal, dan tahun baru, peningkatan ini makin terlihat bahkan jumlah kunjungannya bisa mencapai ribuan orang per hari.

Di luar itu semua, ada sebuah aturan yang wajib ditaati oleh pengunjung ketika masuk ke komplek Pura Mangkunegaran yakni tak boleh memakai baju atau kain batik motif parang. Mungkin banyak yang merasa penasaran dan ingin tahu latar belakang adanya larangan ini.

Sejarah Penciptaan

Batik parang merupakan motif karya Sultan Agung Hanyokrokusuma yang tidak lain adalah sosok pendiri Kerajaan Mataram Islam. Inspirasinya datang dari ombak Pantai Jawa serta dihadirkan sebagai simbol kekuatan, kesahabaran, dan pengendalian hawa nafsu.

Adanya larangan penggunaan batik motif parang, khususnya di Pura Mangkunegaran punya hubungan erat dengan sejarah pendirian Kerajaan Mataram Islam. Berdasarkan informasi dari laman puromangkunegaran.com, motif tersebut memang hanya boleh dipakai oleh raja dan kalangan bangsawan saja.

Tidak hanya Pura Mangkunegaran saja, ketentuan tersebut diterapkan pula di Keraton Kasunanan Solo, Keraton Kasultanan beserta Pura Pakualaman Yogyakarta. Keempat kerajaan ini sama-sama menjadi penerus dinasti Mataram Islam.

Pada masa sekarang memang banyak masyarakat umum yang memakai motif parang untuk membuat pakaian. Selain itu ada pula yang menggunakannya untuk menghadiri acara-acara resmi. Kendati demikian aturan tersebut tetap diberlakukan di lingkungan kerajaan dinasti Mataram Islam.

Pernikahan Kaesang Pengarep dan Erina Gudono

Sekitar setahun lalu atau pada Desember 2022, putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pengarep menjalani pernikahan dengan Erina Gudono. Usai menjalani akad nikah di Yogyakarta, pasangan ini kemudian mengadakan resepsi atau pesta ngunduh mantu di Pura Mangkunegaran.

Sebelum pesta tersebut digelar, Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka yang merupakan kakak Kaesang memberitahukan agar para tamu yang hadir tidak memakai busana batik motif parang. Saat itu Gibran mengaku larangan ini datang langsung dari Sri Mangkunegara X.

Selain itu dalam sisi yang lain, Pura Mangkunegaran juga mempunyai beragam motif lain yang secara bebas bisa dipakai oleh masyarakat umum. Semua koleksi ini sempat dipamerkan pada akhir Oktober lalu melalui suatu pergelaran bertajuk ‘Angsukayana’ di Taman Pracima serta diisi dengan peragaan busana dan pameran koleksi batik.

Dalam acara ini Sri Mangkunegara X menyatakan niatnya untuk menyusuri kembali daerah-daerah yang dulu pernah jadi bagian wilayah kekuasaan Pura Mangkunegaran, terutama Wonogiri dan Karanganyar. Kedua daerah ini memiliki banyak sekali sentra produksi batik, sehingga bisa dijadikan pusat penciptaan motif-motif baru.

Dengan adanya langkah ini diharapkan batik Pura Mangkunegaran dapat disukai oleh generasi muda. Mangkunegara X sangat menyadari, pembaruan merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk menjaga batik agar tetap lestari.