Ketika Suling Bambu Berbunyi Mirip Kendang Ciblon

931
KETIKA SULING BAMBU BERBUNYI MIRIP KENDANG CIBLON

KETIKA SULING BAMBU BERBUNYI MIRIP KENDANG CIBLON

Malam itu, atmosfer Wisma Seni Taman Budaya Jawa Tengah mendadak misterius. Tiga orang yang berada di panggung Bukan Musik Biasa #50 sedang menyajikan musik ritmis yang terdengar mencekam. Suasana itu terbentuk dari bebunyian instrumen yang mereka mainkan.

Jika didengarkan sekilas, akan didapati bunyi snare drum, bel, kendang ciblon, yang saling berpadu membentuk kesatuan. Kadang bunyi tersebut saling bersahutan. Ada pula satu momen di mana bunyi-bunyi itu saling bertumpang tindih dan tak beraturan. Namun akhirnya masih ada benang merah yang menyelaraskan mereka kembali.

Tulisan di atas adalah sedikit gambaran penampilan trio Putut Prabu, Iqbal Lubis, dan Ganzer Lana di Bukan Musik Biasa #50. Seperti nama acaranya, ketiga pria tersebut memainkan musik yang tidak biasa.

Baca juga : Bule Main Musik Tradisional

Yap, bunyi-bunyi seperti yang ditulis di atas, merupakan bunyi-bunyi imitasi. Ada sedikit “keusilan” yang mereka lakukan. Instrumen-instrumen itu sebenarnya berkodrat sebagai alat musik melodis, tetapi Putut cs. mengubahnya jadi ritmis.

Bebunyian tersebut diperoleh dari eksplorasi singkat yang dilakukan ketiganya. Di tangan Putut, suling bambu bisa berbunyi mirip kendang ciblon. “Kebetulan suling yang saya mainkan bentuknya seperti saluang. Lubang-lubang nadanya saya pukul, kok bunyinya unik, ya?” tutur dia saat ditemui usai acara Bukan Musik Biasa #50, Selasa (26/1/2016).

Untuk mendapatkan bunyi snare drum dan lonceng, Iqbal Lubis mengubah tuning serta menempatkan gitarnya di atas floor tom. “Getaran senar yang dipukul oleh alat pukul gamelan, dikirimkan ke membran. Setelah ditangkap membran floor tom, getaran dibawa ke pick up gitar,” jelas gitaris band Sangkakala itu.

Sejatinya, Iqbal menginginkan bebunyian bernuansa soft mirip gender atau gong. Ketika latihan, bunyi tersebut sudah didapatkan. Namun, karena saat live mereka menggunakan mixer dan sound system yang berbeda, bunyi yang dihasilkan juga jadi beda. “Saya sempet terkejut, kok suaranya beda, ya? Tapi nggak apa-apalah, namanya juga jamming dan eksplorasi,” kata Putut sembari terkekeh.

Eksplorasi juga dilakukan oleh Ganzer Lana. Ia mengubah tuning serta menambahkan efek ke sasando-nya. “Saya mengadopsi bunyi cowbell dan ceng-ceng Bali,” terangnya.

Putut mengungkapkan, eksplorasi yang ia dan teman-temannya lakukan merupakan pengejawantahan spirit Bukan Musik Biasa. “I Wayan Sadra – pencetus Bukan Musik Biasa – pernah berkata kalau kita harus bisa keluar dari belenggu kewajaran alat musik. Nah makanya saya coba eksplorasi istrumen. Saya pengen nggak terkekang dengan melodis ataupun ritmis,” urainya.