Gamelan ‘diemohi’ Anak Muda, Para Seniman Sengaja ‘bertarung’

1305

 

konser gamelan

Apa jadinya jika cita rasa tradisional gamelan bercampur dengan tabuhan instrumen modern? Inilah yang tersaji pada acara Konser Gamelan Akbar 2015. Tepat pukul 20.00 WIB, acara musik yang digelar atas kerjasama Pemerintah Kota Surakarta dengan Lembaga Lestari Gamelan ini berhasil memberikan sajian musik yang berbeda.

Digelar di pelataran Benteng Vasteburg pada 6 Juni 2015 konser ini merupakan kali kedua. Sebelumnya acara serupa pernah digelar di venue yang sama. Bedanya, konser gamelan kali ini dihelat dengan tema “Battle Youth”.

Ya, 3 seniman asal Institut Seni Indonesia (ISI) Solo memang ‘bertarung’ dalam satu panggung yang megah.  Mereka adalah Lukas Danaswara, Yenni ‘Kriwil’ Amara, dan Gendut Dwi Suryanto. Ketiganya mengaransemen aneka macam gendhing dengan sentuhan instrumen modern seperti jimbe, biola,  saxophone, rebana, dan gitar listrik.

Sepanjang acara, ketiganya menampilkan tetabuhan yang berbeda. Seperti Lukas yang dominan menggunakan perkusi, Yenni dengan paduan suara bernuansa Jawa, dan Gendut yang lebih menggunakan nuansa Bali.

Saat pembukaan acara, Begog Joko Winarso selaku ketua panitia mengatakan bahwa acara ini merupakan salah satu bentuk keprihatinan. “Kami prihatin karena gamelan di Solo saat ini cenderung diemohi oleh kalangan muda. Gamelan terasa asing. Harapannya, acara ini bisa memasyarakatkan gamelan di kalangan anak muda,” kata Winarso.

Semakin meriah, karena konser ini juga menyelipkan aneka macam kembang api untuk membuka acara. Tamu yang hadir tidak hanya berasal dari warga Solo, namun juga dari Jogjakarta. Tampak juga wisatawan mancanegara turut menikmati suguhan konser ini.

konser gamelan2