Berlangsung Meriah, Tradisi Grebeg Getuk Diadakan Kembali di Magelang

19

Soloevent.id – Setelah sempat vakum selama empat tahun akibat pandemi covid-19, kemeriahan tradisi grebek getuk bisa kembali dirasakan oleh masyarakat Magelang. Event tahunan ini digelar pada hari Minggu, 28 April 2024 kemarin di alun-alun setempat. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Magelang ke-1118 tahun yang jatuh pada 11 April 2024 kemarin.

Dalam gelaran tersebut, ribuan warga saling berjubel memadati Jl. Ahmad Yani hingga alun-alun. Ada lima gunungan yang diarak dan setelah sampai di alun-alun langsung diperebutkan oleh pengunjung. Pembuatan gunungan ini sendiri membutuhkan sekitar dua kuintal getuk dan langsung habis dalam waktu dua menit saja.

Dimulai sekitar pukul 08.00 WIB, grebek getuk diawali dengan upacara adat bernama perdikan Mantyasih, kemudian dilanjutkan dengan kirab prajurit yang mengiringi gunungan palawija. Selanjutnya ada penampilan dari grup marching band Taruna Akmil, pembacaan doa, atraksi tarian kolosal, dan diakhiri dengan acara inti rebutan gunungan.

Identitas Kota Magelang

Walikota Magelang, Muchamad Nur Aziz menyebutkan, grebeg getuk merupakan sarana untuk menelaah sejarah berdirinya Kota Magelang. Selain itu juga menjadi wujud pelestarian budaya dan menguatkan jati diri atau identitas Magelang sebagai kota getuk. Melalui atraksi ini pula diharapkan makin banyak wisatawan yang tertarik berkunjung ke Magelang.

Agar terlihat lebih menarik dan gaungnya bisa menggema hingga ke seluruh Indonesia bahkan mancanegara, Nur Aziz menegaskan pihaknya akan terus melakukan perubahan terhadap acara menarik ini. Sehingga kemasannya dapat menyesuaikan dengan kemajuan dan perkembangan zaman.

Menurutnya, jika tampilannya stagnan saja tentu akan menjadi tidak menarik dan harus selalu ada pembaruan. Misalnya apabila dahulu kepala daerah yang diarak, maka untuk saat ini yang dimunculkan adalah duta wisata sehingga tidak menimbulkan rasa bosan.

Melalui beritasatu.com panitia grebek getuk, Sugeng Priyadi turut menyampaikan jika tradisi ini merupakan tradisi turun temurun. Untuk tahun ini, jumlah gunungan yang dibuat ada lima dan masing-masing memiliki arti atau makna yang berbeda-beda.

Satu gunungan yang ukurannya paling besar merupakan simbol Gunung Tidar yang selama ini diyakini oleh masyarakat setempat sebagai paku tanah Jawa. Sedangkan empat gunungan yang memiliki ukuran lebih kecil dijadikan sebagai lambang gunung lain yang mengitari Magelang, yakni Gunung Merapi, Merbabu, Semeru, dan Sumbing.

Selain itu masih ada gunungan lain yang ukurannya lebih kecil lagi dan jumlahnya ada tujuh belas yang semuanya terbuat dari hasil panen palawija. Keberadaannya merupakan simbol atau petunjuk bahwa Kota Magelang itu terbagi dalam tujuh belas kelurahan.

Di sisi lain Sugeng juga menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat turut membantu meningkatkan perekonomian daerah dan getuk bisa semakin dikenal di kancah yang lebih luas. Apalagi mengingat sejak dulu Magelang sudah kondang dengan sebutan Kota Getuk, sehingga bisa dijadikan pula sebagai pengangkat daya saing.