Warga Berebut Gunungan Sekaten, Tradisi Kepercayaan Ngalap Berkah

212

Soloevent.id – Gunungan Sekaten atau yang di kenal dengan sebutan Grebeg Mulud, merupakan puncak perayaan tradisi adat Sekaten yang di selenggarakan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sama seperti tahun sebelumnya, ada empat gunungan utama yang dikirab dari Halaman Kori Kamandungan Keraton Surakarta Hadiningrat menuju ke Halaman Masjid Ageng Keraton Surakarta.

Dua gunungan tersebut dibawa ke Halaman Masjid Ageng Keraton Surakarta dan didoakan. Setelah itu, warga langsung berebut sepasang gunungan. Sementara dua gunungan lainnya diusung kembali ke Keraton Solo untuk dibagikan kepada para abdi dalem.

 

Dua gunungan tersebut yaitu jaler dan estri. Gunungan jaler (laki-laki) berisi bahan makanan mentah seperti sayur mayur, palawija dan ketela. Sementara gunungan estri (perempuan) terdiri dari makanan matang.

Bukan sekadar tanpa makna dua gunungan ini. Gunungan jaler menyimbolkan laki-laki yang memiliki tugas mencari tanggung jawab mencari nafkah. Sementara gunungan estri melambangkan tugas istri mengolah makanan menjadi siap saji.

Salah satu warga bernama Wawan asal Boyolali berhasil mendapatkan isi salah satu gunungan. Ia mendapatkan seperti rengginang warna-warni. “Tadi pada rebutan disana, saya maju dan saya tarik satu. Ini mau saya bawa pulang biar dapat berkah sekeluarga,” ujarnya kepada soloevent, Kamis (28/9/2023).

Setiap tahun ia selalu datang dan ikut berebut gunungan tersebut, menurutnya ini sebuah kepercayaan turun temurun dari keluarga. “Ini memang kepercayaan masing-masing. Sejak dulu bapak saya yang selalu ikut berebut gunungan ini. Sekarang saya yang kesini untuk dapat berkah gunungan sekaten,” ungkapnya.

Bagi sebagian warga, perayaan Gunungan Sekaten menjadi momen yang paling dinanti setiap tahunnya. Salah satu keturunan abdi dalem asal Tulungagung yang juga mengikuti kirab mengatakan, “Gunungan Sekaten atau Grebeg Mulud menjadi salah satu upaya untuk melestarikan tradisi budaya Jawa. Ini kan ada sejarah panjangnya yaitu memperingati Maulid Nabi oleh masyarakat Jawa jaman dulu,” katanya usai acara di Halaman Masjid Ageng Keraton Surakarta.