Tenar Hingga Mancanegara, Yuk Kenal Lebih Dekat Kesenian Reog Ponorogo

144

Soloevent.id – Barongan harimau dengan hiasan ratusan bulu merak yang tersusun menjulang ke atas berputar secara terus menerus dan terkadang bulu-bulunya dikibaskan. Sementara di belakangnya ada pasukan prajurit dengan kuda jathil yang memperlihatkan kesiapan untuk berperang.

Selain itu tampak sejumlah penari topeng dan penabuh gamelan dan di depannya ada pemimpin yang disebut sebagai warog. Laki-laki ini mengenakan baju hitam dengan dada terbuka dan berwajah sangar lengkap dengan jambang beserta kumis yang lebat. Sambil berjalan, rombongan ini terus menari lincah seirama suara rancak gamelan.

Itulah gambaran sekilas atraksi kesenian tradional reog. Meskipun terkenal di banyak daerah bahkan hingga mancanegara, namun karena berasal dari Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, acap dinamakan reog Ponorogo.

Kesenian ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan mampu bertahan hingga sekarang, kendati ada beberapa penyesuaian yang diselaraskan dengan perubahan zaman. Salah satunya jathil yang sebelumnya ditarikan oleh seorang remaja pria berwajah feminim, telah diganti oleh penari putri.

Sejarah dan Asal-Usul

Ada beberapa versi terkait dengan sejarah dan asal-usul kesenian reog Ponorogo. Ada yang menghubungkannya dengan budaya masyarakat masa lalu yang percaya dengan keberadaan makluk halus penjaga sekaligus pelindung suatu daerah.

Pada zaman itu Ponorogo masih berupa hutan belantara dan yang jadi penjaga adalah roh harimau. Agar roh harimau dapat menjalankan tugasnya, masyarakat menggelar tradisi menggunakan topeng sambil menari. Pada perkembangannya, upacara adat ini menjelma menjadi pertunjukan reog.

Selain itu ada yang meyakini, kesenian reog Ponorogo mempunyai kaitan erat dengan kerajaan dan terdiri dari dua versi. Pertama menceritakan sosok Ki Ageng Kutu atau Demang Suryongalam, seorang abdi Kerajaan Majapahit. Dia menciptakan kesenian reog sebagai simbol sindiran pada Raja Brawijaya V yang dianggap kurang cakap jadi pemimpin.

Sedangkan versi kedua berkisah tentang seorang putri kerajaan Kediri bernama Dewi Sanggalangit yang sering mendapat lamaran dari kaum bangsawan. Dia mengajukan syarat, minta dibuatkan atraksi tarian dan penarinya harus seorang manusia berkepala harimau. Dari ini kemudian punya Kelana Sewadana, raja kerajaan Bantarangin yang berhasil menghadirkan kesenian reog.

Di luar semua versi tersebut, kesenian reog sendiri juga terbagi menjadi dua jenis dan yang pertama dinamakan reog obyog. Reog ini lebih sering dipentaskan di desa-desa dan tidak memiliki pakem atau aturan baku tertentu. Biasanya pertunjukan ini digelar di acara hajatan atau bersih desa dan bersifat hiburan semata.

Selanjutnya ada reog festival yang kendati telah ada beberapa modifikasi namun tetap sesuai pakem saat dipentaskan. Masing-masing memiliki keistimewaan sendiri-sendiri, sehingga semua juga sangat menarik untuk dinikmati sebagai sebuah tontonan.

Apalagi mengingat reog Ponorogo adalah seni pertunjukan tradisional yang tak hanya memiliki nilai seni dan estetika saja, melainkan juga punya kandungan filsafat tinggi. Mulai dari budi pekerti, kejujuran, optimis, hingga kepemimpinan. Jadi wajar apabila kesenian ini harus dijaga agar tetap lestari sepanjang masa.