Pentas Berlakon Ciptaning Jadi Upaya Mengembalikan Kejayaan Sriwedari

1578
PENTAS CIPTANING JADI UPAYA MENGEMBALIKAN KEJAYAAN SRIWEDARI

PENTAS CIPTANING JADI UPAYA MENGEMBALIKAN KEJAYAAN SRIWEDARI

 

Soloevent.id – Minggu (10/7/2016) adalah hari yang menggembirakan bagi Wayang Orang Sriwedari. Di hari itu, Wayang Orang Sriwedari memperingati ulangtahun ke-106. Sebuah pentas berlakon Ciptaning digelar untuk merayakannya.

Pentas yang dimulai sekitar pukul 20.00 WIB itu berjalan meriah dengan ditunjang dua panggung, lighting yang lebih semarak, dan efek visual. Pertunjukan tersebut juga menghadirkan seniman-seniman tamu, antara lain Wahyu Santoso Prabowo dan Wasi Bantolo (ISI Surakarta), Ali Marsudi (Wayang Orang RRI Surakarta), serta Eny Sulistyowati (Jakarta).

Gedung Wayang Orang Sriwedari turut menjadi saksi bertemunya seniman-seniman Wayang Orang Sriwedari dari berbagai lintas generasi dalam satu panggung. Menurut sang sutradara, Agus Prasetyo, “Ciptoning” didukung oleh generasi kedua, ketiga, hingga generasi terkini.

Alur waktu “Ciptaning” terjadi sebelum Perang Baratayuda dimulai. Arjuna yang sedang dilanda ketidakyakinan memenangkan perang, memilih mengasingkan diri ke Pertapaan Indrakila. Selain ingin mencari jati diri, Arjuna juga memohon kepada Dewa agar Pandawa memenangkan perang. Dalam pertapaannya itu, Arjuna mengganti namanya menjadi Begawan Ciptaning.

Tujuh bidadari diutus oleh Batara Narada untuk menguji kemantapan hati Arjuna. Namun, Arjuna tak bergeming. Batara Guru yang mendapat informasi dari Batara Narada akhirnya turun tangan langsung melalui perantara babi hutan. Ia bersabda bahwa barangsiapa yang bisa membunuh babi hutan itu akan dikabulkan permintaannya.

Arjuna akhirnya dapat menghabisi babi hutan. Batara Guru menepati janjinya. Ia memberikan “hadiah” berupa Panah Pasopati, tetapi dengan syarat Arjuna harus mengalahkan raksasa Niwatakawaca yang sedang membuat rusuh Kahyangan dan ingin menjadikan Dewi Supraba sebagai istrinya. Singkat cerita, Arjuna berhasil menumpas Niwatakawaca. Ia memanah kerongkongan Niwatakawaca yang menjadi sumber kelemahan si raksasa itu.

Menurut Agus Prasetyo, lakon “Ciptaning” dipilih merupakan gambaran wujud perjuangan guna mengembalikan kejayaan dan kegemilangan Wayang Orang Sriwedari dalam persaingan hiburan di era modern ini.

Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, yang hadir di pementasan itu berpesan agar Wayang Orang Sriwedari dapat menjadi ujung tombak bagi perkembangan seni di Kota Solo. “Sebagai wujud kepedulian Pemerintah Kota Solo untuk melestarikan seni wayang orang, maka di tahun ini kami akan membuka sayembara pembangunan Gedung Wayang Orang Sriwedari,” katanya saat memberikan sambutan.