Monday Madness : Solo Memang Edan

776
MONDAY MADNESS SOLO MEMANG EDAN

MONDAY MADNESS SOLO MEMANG EDAN

Argo Budaya Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo malam itu jauh dari kata cerah. Sedari siang, hujan tak berhenti mengguyur Kota Solo. Setelah hari menggelap, volume hujan sudah berkurang, tetapi tetap saja pakaian dibuat basah karenanya.

Senin yang menggila di Monday Madness. Usai Komunitas Musik Fisip (KMF) dan Furious Young naik panggung, segerombolan pria mulai menari liar saat Sisi Selatan unjuk gigi. Peforma band metalcore asal Wonogiri ini cukup efektif membakar adrenalin penonton.

Sebagai frontman, Ronal (vokalis) telah menunaikan tugasnya dengan baik. Selain aksi panggung atraktif, celotehannya mampu menggiring perhatian penonton kepada band-nya. “Siapa bilang metal tidak boleh menyanyikan lagu cinta? Ini lagu cinta versi kami,” tuturnya. Puncaknya ketika Ronal cs membawakan hits “Aku Dipaksa Mati”.

Pasca Sisi Selatan, penonton diajak kembali ke tahun ’50-an bersama pria-pria berambut klimis, The Hydrant. Musik rockabilly yang mereka mainkan, membuat penonton tak segan menggoyangkan badan sedari lagu pertama.

11 tahun berkarya, baru kali ini The Hydrant menginjakkan kaki di Kota Solo. Perjumpaan ini tak ingin disia-siakan Marshello dkk. “Lagu ini saya persembahkan kepada kalian. Apapun yang terjadi, kalian telah memberikan yang terbaik. Solo jadi kota berharga bagi kami. The Hydrant baru saja merilis album baru yang direkam di Lokananta,” kata vokalis-gitaris The Hydrant, Marshello, sebelum membawakan “Boogie Cadillac”.

Usia yang lebih dari satu dasawarsa, menjadikan kuartet ini terlihat matang, terutama stage act-nya. Satu yang perlu diingat, walaupun aksi panggung mereka liar, tapi The Hydrant tetap menjaga keklimisan rambut. Sebelum “Sisir Opa” dimainkan, Marshello berpesan, “Ayo, teman-teman. Siapkan sisirmu!”

Sebagai grup asal Bali, The Hydrant menyelipkan pesan perlawanan di lagu “Hati-hati Ada Proyek”. “Awas, teman-teman, ada proyek reklamasi!” kata Marshello. Sebagai penutup, The Hydrant memainkan “Bali Bandidos”.

Monday Madness masih punya satu penampil pamungkas. Adalah para army of the black rose bermama Devildice yang menutup keliaran Senin (14/12/2015) itu. “Solo memang edan. Kami merasa senang berdiri di sini. Dari tadi sore hujan. Kami pikir acaranya nggak bakal rame. Ternyata di luar dugaan kami,” kata vokalis-gitaris Devildice, Jerinx.

“Sunset and Butterflies”, “King, Queen, and Poison”, “Land of No Angel” dan beberapa lagu punk rock gelap khas Devildice, membuat massa yang telah menanti kedatangan mereka akhirnya menumpahkan keliarannya dengan stage diving, crowd surfing, dan pogo.