Kenapa Kue Keranjang Selalu Ada Dalam Tahun Baru Imlek?, Ini Sejarahnya

124

Soloevent.id – Ada sejumlah makanan khas yang selalu terhidang dalam perayaan Tahun Baru Imlek mulai dari jeruk mandarin, siu mie atau mi panjang umur, hingga sayur hijau tumis. Selain itu terdapat makanan lain yang turut menjadi ciri utama dari perayaan tersebut, apalagi kalau bukan kue keranjang.

Kue yang memiliki nama asli Nian Gao ini merupakan kue yang mempunyai cita rasa manis dan berwarna cokelat tua. Bahan dasar yang digunakan untuk mengolah adalah campuran tepung ketan dan gula, sehingga tekturnya terasa kenyal dan lengket.

Beberapa pekan sebelum Imlek biasanya banyak penjual makanan yang menawarkan kue ini dan sering disantap sebagai makanan penutup. Namun pada zaman dulu hanya dijadikan sebagai persembahan saja dalam ritual doa atau keagamaan.

Mitos dan Legenda Masa Lalu

Menurut penjelasan dari China Higlight, masyarakat Cina pada masa lalu mempunyai suatu kepercayaan, bahwa dalam setiap rumah itu dihuni oleh Dewa Dapur. Dewa ini selalu memberi laporan kepada Kaisor Giok setiap tahun. Kemudian untuk mencegah agar Dewa Dapur tidak membuat laporan buruk, maka harus dikasih persembahan kue keranjang.

Selain itu ada legenda yang menyebutkan, kue keranjang mulai hadir saat ada monster bernama Nian di daratan Cina. Masyarakat percaya monster ini suka berburu manusia untuk dijadikan santapan, sehingga banyak yang merasa takut. Di tengah ketakutan ini ada seorang pemuda bernama Gao yang membuat kue dari tepung ketan dan gula.

Setelah matang kue tersebut diletakan dekat pintu rumah agar disantap oleh monster Nian dan sesudah itu membatalkan niatnya memangsa manusia. Dari kisah inilah lalu kue tersebut dinamakan Nian Gao dan di Indonesia disebut kue keranjang.

Makna Budaya

Dalam perkembangan selanjutnya, kue keranjang juga dijadikan sebagai lambang atau simbol keberuntungan. Terutama terkait dengan bisnis, pekerjaan, pendidikan, hingga keluarga. Banyak yang percaya, dengan menyantap kue ini saat perayaan Tahun Baru Imlek, akan mendapat keberuntungan dalam kurun waktu satu tahun mendatang.

Pada sisi yang lain tak sedikit pula yang memaknai kue ranjang adalah kue persatuan karena memiliki bentuk seperti lingkaran. Bentuk ini dipandang sebagai wujud sebuah keluarga yang utuh, harmonis, erat dan tidak gampang terpisah.

Karnaval Grebek Sudiro Solo

Kedua makna budaya ini pula yang kemudian dibawa dalam karnaval Grebeg Sudiro di Solo yang akan digelar pada Minggu, 4 Februari 2024. Dalam even ini akan dikirab gunungan ukuran raksana dari kue keranjang dan terdapat 4.000 kue ranjang lain yang siap dibagikan untuk para penonton.

Beberapa waktu lalu Walikota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka mengemukakan, Grebeg Sudiro merupakan wujud dari persatuan budaya Cina dan Jawa. Melalui akun instagram @gibran-rakabuming dia juga menyebutkan dengan penyatuan dua budaya tersebut, tercipta tatanan kehidupan masyarakat yang hangat dan saling toleransi.