Kelamnya Malam Minggu Bersama Pandai Besi

880
kelamnya-malam-minggu-bersama-pandai-besi-post

kelamnya-malam-minggu-bersama-pandai-besi-post

“Maafkan, karena kita bergelap-gelap ria. Ini jadi kesempatan buat yang berpasang-pasangan,” canda Natasha Abigail (vokalis). Belum usai lagu “Debu-Debu Berterbangan” dibawakan, entah mengapa aliran listrik Lokananta malam itu padam. Terpaksa, part akhir lagu tersebut dinyanyikan tanpa sokongan sound system. Namun yang menarik, justru bagian ending itu menjadi koor massal.

Apapun yang terjadi, show must go on, mungkin begitulah prinsip yang dibangun Pandai Besi dalam konser ini. Walaupun tampil tanpa dukungan daya listrik, justru momen itu digunakan untuk lebih mendekatkan diri kepada 200-an pasang mata yang hadir. Tanpa pikir panjang, Abigail berkata, “Ini merupakan lagu pengembangan dari ‘Insomnia’. Lagu ini diciptakan oleh Monica Apsari.”  Maka mengalunlah sebuah nomor yang mana pembagian suara antara Abigail, Monica (vokalis), dan Airil “Poppie” Nur Abadiansyah (basis,vokal latar), begitu menyayat. Dengan suara instrumen yang samar-samar terdengar tentunya, karena tidak ada suplai listrik.

Dan beruntunglah karena aliran listrik kembali normal, tepat sebelum ode untuk Munir berjudul “Di Udara” digeber. Setelahnya, nomor ganjil nan misterius “Jangan Bakar Buku” mengalun. Lagu dengan durasi terpanjang di album Daur Baur itu sukses menembus ruang kelam. Pasca bersama menyelami dunia temaram, para fans Pandai Besi kemudian diajak berdansa-dansa di lagu “Laki-Laki Pemalu”. Lagu upbeat dengan gemerincing tamborin tersebut, seperti mendikte agar tak segan menggoyangkan tubuh demi sejenak melupakan duri, perih, dan sunyi yang tersisa.

Sudah sejak tiga lagu awal: “Jalang”, “Melankolia”, “Hujan Jangan Marah”, Pandai Besi berbagi kelam dengan penggemarnya. Klimaks terjadi ketika “Desember” dan “Menjadi Indonesia” dibawakan sebagai setlist penutup. Terutama nomor yang disebutkan di akhir. Lagu yang di bagian awalnya dibuat murung itu, menjadi cerah dengan tepukan tangan dan tempo yang meninggi di akhirnya. Momen puncak tersebut tidak disia-siakan oleh penonton untuk bertepuk tangan bersama sesuai arahan Abigail dan Monica.

Walaupun tampil minus Cholil Mahmud (lead singer, gitar) dan Irma Hidayana (vokal latar), tapi performa Akbar Bagus Sudibyo (drum), Agustinus Panji Mahardhika (terompet, flute), Dito (gitar), David (gitar) Muhammad Asranur (keyboard), dan kawan-kawan, Sabtu (20/9/2014) terbilang tidak mengecewakan, dan bisa menciptakan sebuah konser yang intim dan tak berjarak di dalam studio rekaman Lokananta. Acara bertajuk “Siar, Daur Baur” itu merupakan mini tour mereka di dua kota yakni Solo dan Yogyakarta. Selain live perform, mereka juga memutar film dokumenter bertajuk sama, hasil arahan Gundala Pictures.