James Cousins Company Bawakan Drama Penuh Kegalauan

738
JAMES-COUSINS-COMPANY

JAMES-COUSINS-COMPANY

Hidup memang tak menentu. Lika-likunya ibarat labirin yang terus berputar. Beruntunglah orang yang menemukan jalan keluar. Namun, nestapa akan hinggap tatkala orang tersebut masih berkutat di dalamnya, terjebak, dan tidak menemukan arah yang dituju. Problematika hidup harus dilalui dengan berbesar hati dan berlapang dada. Walaupun kadang makna kesabaran dan frustrasi, hanya dipisahkan oleh benang tipis.

Tulisan di atas merupakan gambaran pementasan Without Stars, sebuah persembahan dari James Cousins Company, yang dihelat di Teater Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Rabu (29/10/2014). Indonesia merupakan salah satu negara yang disinggahi kelompok tari asal Inggris itu, dalam rangkaian South-East Asia Tour-nya. Selain judul di atas, mereka juga mementaskan karya dengan tajuk There We Have Been. Kedua karya tari kontemporer tersebut, terinspirasi dari novel Norwegian Wood karangan Haruki Murakami.

Sama seperti novelnya, James Cousins mampu mentransformasikan kegamangan dan keputusasaan ke atas panggung. Dengan tata pencahayaan yang bernuansa murung, ditambah efek suara lo-fi dari lagu pengiring, keempat penari Without Stars, berhasil mengajak penonton untuk berkelana dalam dunia temaram. Sebuah dunia milik penari Gareth Mole, yang sarat akan konflik diri.

Realitas dunia memang kadang bertepuk sebelah tangan dengan harapan. Kadang Gareth merokok sambil termangu, menerawang kisah percintaannya dengan Chihiro Kawasaki. Saat asmara membuncah di antara keduanya, Chihiro pergi meninggalkan Gareth. Tak lain tak bukan karena Chihiro masih memendam rasa terhadap kekasihnya yang telah meninggal, yang diperankan oleh George Hann.

Mungkin ada benarnya, tatkala banyak orang menyatakan bahwa cinta tak butuh alasan. Gareth yang sedang dalam kondisi depresi, tiba-tiba bertemu dengan Albert Garcia. Di awal pertemuannya, belum terkesan apa-apa. Namun, seiring berjalannya waktu, kisah romansa dua insan laki-laki itu, semakin serius. Melalui gerakan-gerakan cepat, tampak jelas keintiman cerita cinta mereka.

Di saat Gareth merajut asmara dengan Albert, Chihiro muncul kembali dalam lembaran hidupnya. Konflik batin pun terjadi, apakah ia memilih Albert, atau memadu kisah bersama lagi dengan Chihiro. Sebuah pilihan yang sulit baginya.

Di akhir pementasan, James Cousins berpesan kepada penonton untuk bebas menginterpretasikan karyanya. Sementara itu, Suprapto Suryodarmo yang turut menyaksikan pertunjukan itu, menilai bahwa muatan yang dibawa oleh penampil, sangat berani. “Menarik karena berhasil menciptakan dunia bayang. Tata cahaya juga sangat berani, karena mendobrak pakem visual yang ada. Ada teknik penampilan baru di sini,” jelasnya. Ketika ditanyai tentang pembawaan materi percintaan sesama jenis, ia mengemukakan argumen, “Penampilan mereka merupakan penggambaran tentang realitas sosial yang ada dalam masyarakat kita sekarang.”