Revitalisasi Masjid Agung Solo, Ternyata Sudah Ada Sejak Era Kerajaan

157

Soloevent.id – Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka telah menjadikan proyek revitalisasi Keraton Kasunanan Solo sebagai salah satu program pembangunan Kota Solo. Selain itu masih ada cagar budaya lain yang ikut direvitalisasi yaitu Masjid Agung. Bahkan Gibran sudah menggelar pertemuan dengan takmir Masjid Agung Solo pada Februari 2023 lalu untuk membicarakan rencana tersebut.

Masjid Agung yang juga sering disebut dengan nama Masjid Gede merupakan masjid milik Keraton Kasunanan. Tempat ibadah umat Islam ini didirikan pertama kali oleh Pakubuwono III pada tahun 1749 Masehi.

Renovasi dan Penambahan Bangunan

Bukan hanya oleh Gibran saja, sejak awal berdiri hingga sekarang masjid tersebut telah berulangkali mengalami renovasi dan penambahan bangunan. Renovasi pertama dilakukan oleh Pakubuwono IV dengan menambah kubah pada bagian atas bangunan utama. Bentuknya unik, menyerupai pasak atau paku bumi.

Selanjutnya ketika tahta kekuasaan dipegang oleh Pakubuwono VII, bangunan utama diikasih tambahan beranda. Pada masa tersebut, beranda ini difungsikan sebagai ruang pertemuan raja dan pemuka agama. Selain itu acap pula dipakai untuk menggelar ijab kabul atau pernikahan, pengajian, peringatan hari besar Islam, dan sebagainya.

Lanjut ke era Pakubowono VIII, dibuatkanlah sebuah jam matahari. Meski ukurannya hanya kecil saja, keberadaan benda ini memiliki arti yang sangat penting pada masa tersebut. Meski sudah tidak digunakan lagi, warisan sejarah ini masih bisa disaksikan oleh pengunjung masjid dan sering mengundang rasa penasaran.

Pada era pemerintahan Pabubuwono X Keraton Kasunanan berhasil mencapai puncak kejayaan. Di masa keemasan ini terjadi renovasi beserta penambahan bangunan yang lumayan banyak.

Salah satu yang paling monumental adalah pendirian menara di area masjid. Sampai saat ini menara tersebut masih difungsikan sebagai pemancar bagi bagi muazin untuk mengumandangkan azan dan iqomah untuk menandakan bahwa waktu salat telah tiba.

Pintu masuk masjid yang sebelummya dibangun oleh Pakubuwono VI ikut mengalami perombakan total. Dari gaya khas Jawa dengan atap limasan, diganti menggunakan gaya Timur Tengah dengan satu pintu utama dan dua pintu pengapit di sebelah kanan dan kiri.

Bukan itu saja, Pakubuwono X juga sempat membangun beberapa fasilitas penting di komplek masjid seperti poliklinik kesehatan, kantor pengelola, hingga perpustakaan. Kemudian ada bangsal Pradanggan yang setiap tahun digunakan untuk membunyikan gamelan dalam perayaan Sekaten.

Tidak cukup sampai di sini, raja yang sering mendapat julukan Sinuwun Sugih karena memiliki kekayaan yang berlimpah ini membangun sekolah Islam. Sekolah bernama Madrasah Ma Ba’ul Ulum tersebut sampai sekarang masih beroperasi dan menjelma menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta.

Walau usianya telah mencapai ratusan tahun, Masjid Agung Solo tetap menjadi pusat beragam kegiatan keagamaan khususnya Islam. Apalagi bagi para penggemar wisata budaya, sejarah, dan pendidikan, masjid ini dianggap memiliki daya tarik tinggi untuk dikunjungi.