Reog Bocah Beraksi di Semarak Singo Barong 2018

2003
Foto: Reza K. Darmawan

Soloevent.id – Pagelaran Semarak Singo Barong ke-6 digelar Rabu-Kamis (26-27/9/2018) di halaman Benteng Vastenburg. Ada 30 grup reog yang tampil. Mereka berasal dari Solo (11 kelompok), Sukoharjo (6), Ponorogo (5), Wonogiri (4); Pacitan, Karanganyar, Magetan, dan Jakarta masing-masing mengirimkan 1 grup singo barong. Festival ini memperebutkan Piala Bergilir Wali Kota Solo.

Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Kota Solo, Eny Tyasni Suzana (mewakili Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo), menyampaikan bahwa reog adalah salah satu kesenian asli Indonesia.  “Kegiatan ini dimaksudkan untuk melestarikan dan lebih mengenalkan kesenian reog kepada  masyarakat,” tuturnya saat membacakan sambutan Wali Kota Solo.

Semarak Singo Barong 2018 dibuka oleh penampilan reog bocah dari Paguyuban Singo Reog Anak Banyuanyar. Diiringi hentakan cepat gamelan, anak-anak tersebut terlihat lihai dan penuh semangat membawakan pertunjukan reog.

Ada tiga anak yang memainkan dadak merak, sembilan berperan sebagai warok, lalu ada juga yang menjadi jathilan, Prabu Klana Sewandana, dan Bujang Ganong. Untuk mematangkan pementasan di Semarak Singo Barong, anak-anak itu berlatih selama tiga bulan.

Menurut pelatih sekaligus pendiri Paguyuban Singo Reog Anak Banyuanyar, Ariyanto, kelompok reog ini dibentuk karena bocah-bocah di daerah tersebut menyukai dan sering melihat atraksi reog. Dari situ senior-senior di Paguyuban Singo Barong Banyuanyar mempunyai inisiatif untuk mencari bibit-bibit muda pemain reog. Mereka akhirnya mengajak anak-anak itu untuk memainkan kesenian reog.

Namun, bermain reog bukanlah hal mudah. Anak-anak harus konsisten berlatih. Salah satu yang berat adalah memainkan dadak merak. Dadak merak untuk anak-anak berat maksimalnya 20 kilogram.

Agar terbiasa, si pemain dilatih mengigit tumpuan dadak merak. Sedikit informasi, dadak merak dimainkan dengan cara digigit, jadi tidak ada ritual khusus saat memainkannya. Semua dilakukan dengan latihan dan kebiasaan.

Pemain reog di Paguyuban Singo Reog Anak Banyuanyar berumur 6 hingga 12 tahun. Bahkan usia 6 tahun bisa menjadi pemain reog asalkan mampu dan mau. Konon, pemain reog bocah di paguyuban tersebut lebih senang bermain reog daripada memainkan gadget. Alasannya selain bisa berkumpul dengan teman-teman juga bisa tampil menghibur.

Jika beberapa anak seusianya kadang-kadang takut dengan reog, hal itu tidak berlaku bagi Loren, salah satu pemain reog bocah. “Enggak takut dengan reog, suka malahan, seru,” kata siswa kelas VI SD itu.

Paguyuban Reog Anak Banyuanyar dibentuk dua tahun lalu. Kelompok ini sudah dua kali tampil dalam Semarak Singo Barong. Tonton aksi mereka di sini.



Untuk menunjang setiap penampilannya, grup ini membikin sendiri atribut  dadak merak mulai dari bahan, bentuk, dan corak. Beberapa waktu lalu ada salah satu stasiun televisi swasta di Solo yang mengundang mereka untuk menunjukkan bagaimana membuat atribut dadak merak.

Diajaknya bocah-bocah tersebut bermain reog karena Ariyanto punya keinginan agar reog semakin lestari. “Ini sekaligus buat nguri-uri kesenian Indonesia dan mengalihkan anak agar tidak ketergantungan dengan gadget,” tuturnya kepada Soloevent.