Perankan Anak Terdampak KDRT, Karina Salim Belajar Dari Temannya

817
PERANKAN ANAK TERDAMPAK KDRT, KARINA SALIM BELAJAR DARI TEMANNYA

PERANKAN ANAK TERDAMPAK KDRT, KARINA SALIM BELAJAR DARI TEMANNYA

Soloevent.id – Bisa dibilang Bian punya segalanya. Paras cantik,  keluarga mapan, dan pacar ganteng. Namun, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Di balik berkah itu Bian menyimpan sisi kelam. Ia tumbuh dengan trauma yang diakibatkan ulah ayahnya. Berprofesi sebagai politikus ternyata tidak menjamin bapak Bian untuk tidak melakukan kekerasan terhadap sang istri.

Perlakuan sang ayah terhadap ibunya membekas dalam memori Bian. Ya, mau tak mau kondisi itu berimbas bagi psikis Bian. Ia tumbuh menjadi wanita pendiam dan tertutup. Kepedihannya bertambah ketika sahabatnya, Letisha, berselingkuh dengan pacarnya, Pras.

Kemuakan-kemuakan itulah yang menyebabkan Bian meninggalkan Jakarta. Ia akhirnya menyeberang ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi dan kisah hidupnya. Di Kota Gudeg, retakan-retakan dalam hidup Bian dipersatukan oleh seorang lelaki bertubuh tinggi bernama Gabriel. Meskipun Bian telah merasakan sedikit manis dalam hidupnya, akan tetapi kegetiran luka lama itu masih terbawa.

Tiga paragraf di atas adalah gambaran tokoh Bian di film Raksasa dari Jogja. Diperankan oleh Karina Salim, karakter Bian dapat menjadi cerminan bagaimana rentannya seorang anak yang tumbuh dari keluarga berkonflik.

Untuk memunculkan karakter seorang anak yang mempunyai trauma, Karina melakukan observasi terhadap teman dekatnya yang punya masalah serupa. Ia juga mempelajari karakter orang yang tumbuh dari keluarga berkonflik, dibedakan dari rentang usianya.

Karina menjelaskan, jika seseorang melihat atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sewaktu dewasa, maka ia tumbuh menjadi pribadi melankolis. “Bian ini udah ngerasain KDRT sejak kecil. Dia enggak jadi mellow, melainkan pendendam. Saat melihat ibunya diperlakukan seperti itu sama ayahnya, ia enggak sedih atau panik. Justru dia menyimpan dendam besar sama ayahnya,” kata Karina saat ditemui usai nonton bareng Raksasa dari Jogja di Grand 21 Solo Grand Mall, Sabtu (26/3/2016).

Perempuan kelahiran 24 Agustus 1991 ini sering belajar kepada temannya bagaimana cara menyimpan rasa dendam selama bertahun-tahun dan apa yang membuatnya marah. “Dia bilang,, ‘Setiap nonton film berbau kekerasan, gue selalu flashback sama apa yang dilakuin bokap gue,’” terangnya.

Karina menuturkan, observasinya berlangsung selama dua minggu. Namun, ada rasa sungkan yang menghinggapi saat bertanya masalah tersebut ke temannya. “Aku sebenarnya enggak enak sama temenku, soalnya ini isu yang sensitif. Karena aku butuh penjelasannya, sebelumnya dia udah aku kasih tahu  kalau pertanyaan-pertanyaanku itu buat pendalaman karakter di film,” bebernya.