Payung Teduh Dan Lokananta, Dua Perpaduan Yang Sempurna

1102
PAYUNG TEDUH DAN LOKANANTA, DUA PERPADUAN YANG SEMPURNA

PAYUNG TEDUH DAN LOKANANTA, DUA PERPADUAN YANG SEMPURNA

Adalah kombinasi yang syahdu, saat dua hal berkarakter, dipertemukan. Keduanya bisa saling menghidupi. Seperti pada Minggu (1/11/2015). Lokananta yang punya segudang cerita, terasa bergairah lagi saat Payung Teduh menjamahnya. Aura keduanya bersinergi. Apalagi saat Payung Teduh mulai memainkan lagu-lagu cozy-nya. Sungguh pas dengan suasana Lokananta.

Assylum 2015-lah yang mempertemukan keduanya. Event yang diadakan Himpunan Mahasiswa Psikologi UNS Solo tersebut, sekaligus menjadi pamungkas acara Lokananta Festival 2015, yang telah digelar selama sebulan penuh. Sekitar 800 orang menjadi saksi, bagaimana Mohammad Istiqamah Djamad cs mengajak mereka ke dalam suasana penuh romansa.

Saat Soloevent tiba di lokasi, samar-samar terdengar suara Is — sapaan Mohammad Istiqamah Djamad, vokalis dan gitaris Payung Teduh — menyapa penonton. “Apa kabar?” tanyanya singkat. Band yang telah mengeluarkan dua album itu mengawali repertoarnya dengan “Angin Pujaan Hujan”.

Lagu-lagu Payung Teduh memang sudah melekat di kuping pendengarnya. Terutama lagu-lagu anthemic yang kental dengan lirik romantis. Seperti “Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan”. Intro-nya yang familiar, langsung disambut riuh. Selanjutnya, tenggelamlah penonton dalam koor massal.

Walaupun malam itu Payung Teduh hanya beberapa kali berkomunikasi dengan penonton, tapi formula yang mereka racik — lagu-lagu melankolis yang dibungkus menggunakan aransemen minimalis, plus lirik puitis — ibarat kata mengajak mereka memasuki dunia penuh kesyahduan, terutama bagi penonton yang datang berpasangan.

Ada sepuluh lagu yang dibawakan Payung Teduh di panggung Assylum 2015. Sebelum membawakan “Tidurlah” sebagai lagu terakhir, Is sempat menyampaikan sesuatu yang bakal jadi angin segar bagi fans Payung Teduh. “Mohon doanya semoga kami bisa segera merampungkan album ketiga,” tuturnya.