Misbach Daeng Bilok Ajak Penonton Ke Wakatobi Lewat Karyanya

970
MISBACH DAENG BILOK__

MISBACH DAENG BILOK__

Apa jadinya tatkala kehidupan bawah laut coba dihadirkan di atas panggung? Mungkin Misbach Daeng Bilok bisa menjawabnya. Rabu (28/1/2015) malam, lewat karya bertajuk “Teman Bunyi”, sang seniman mengajak para penonton Bukan Musik Biasa #44 untuk berimajinasi. Mereka diajak merasakan ekosistem laut dan kehidupan masyarakat Kepulauan Wakatobi – tempat Misbach mendapatkan ide penggarapan ini.

Di tengah Pendhapa Wisma Seni Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) tampak sebuah karya instalasi musik yang dinamainya “rodeo ikan-ikan”. Karya tersebut terdiri dari tiga bagian: bundaran di bagian atas, senar-senar pancing di bagian tengah, dan cor semen lonjong di bagian bawah yang dihias laiknya terumbu karang. Hasil buah tangan Ali Maksum itulah yang nantinya menggiring penonton untuk memasuki alam Wakatobi.

Sinaran lampu UV yang dipadukan dengan biru akuatik, dan musik ambient bawah laut yang mengalun, mengiringi masuknya seorang penari. Bak ikan, sang penari yang diperankan oleh Luluk  Ari, mulai meliukkan tubuhnya ke sana kemari.

Ia kemudian memulai memainkan karya instalasi tersebut. Senar pancing itu ia petik layaknya memainkan harpa. Sesekali hiasan ikan yang terpasang di senar itu, ia mainkan naik-turun, sehingga tercipta bunyi gesekan. Itu dilakukannya berulang-ulang.

Seiring lantunan musik digital dan tiupan shakuhachi yang semakin intens, di panggung belakang tampak seorang wanita berpakaian putih (diperankan Wirastuti Susilaningtyas) sedang menari. Di sampingnya, tiga orang pria dari Padepokan Brojobuwono sedang membuat keris. Suara tempaan keris itu menjadi suasana ritmis tersendiri. Suasana itu berhiimpun menjadi satu dengan pujian “E…Lele…” yang dilantunkan Misbach.

Karya “Teman Bunyi” merupakan hasil eksplorasi Misbach selama delapan tahun. Pasca melakukan riset di Kepulauan Wakatobi bersama The World Wide Fund for Nature (WWF), ia menemukan keistimewaan tersendiri dari daerah itu. Selain alam, kearifan lokalnya juga menarik untuk diangkat.

“Daerah saya datangi [Kecamatan Binongko], terdapat sekitar 500 keluarga memproduksi pusaka. Dentingan suara yang dihasilkan sangat bagus. Itu yang menginspirasi saya,” tutur Misbcah.