Mengenal Manual Brew, Seduh Kopi dengan Rasa Manusiawi

1341

Soloevent.id – Akhir-akhir ini banyak bermunculan kafe maupun kedai kopi. Tak sedikit dari tempat-tempat tersebut yang menyajikan kopi dengan cara manual brew.

Kalau kamu bukan termasuk coffee addict, mungkin istilah tadi terasa  asing. Tapi tenang, kali ini Soloevent mau membahasnya, kok.

Sebelum menelaah lebih jauh tentang apa itu manual brew, baiknya kita sedikit mempelajari tentang sejarah penyeduhan kopi. Bangsa Turki adalah yang pertama menemukan proses penyeduhan kopi. Mereka menggiling biji kopi sampai halus dan kemudian direbus bersama air dalam panci kecil bernama ibrik hingga mendidih. Cara ini menghasilkan kopi hitam pekat dengan sisa ampas yang begitu banyak.

Oleh pedagang asal Gujarat, India, teknik merebus ini dibawa ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, orang Indonesia saat itu punya teknik lain untuk menimati kopi. Caranya dengan menyiramkan air panas ke dalam gelas berisi kopi halus. Cara itu masih populer hingga sekarang dan dkenal sebagai kopi tubruk.

Waktu pun berjalan. Tahun 1884, mesin espreso ditemukan di Italia. Kata “espresso” berasal dari bahasa setempat yang artinya cepat dalam proses waktu menyeduhnya. Dengan mesin ini, kopi bisa disajikan dalam waktu kurang dari 1 menit.

Kopi bisa dihabiskan dalam 2-3 teguk saja karena menyesuaikan dengan keadaan pekerja urban yang penuh kesibukan, tapi tetap membutuhkan asupan kafein di sela watu istirahat.

Namun, orang kembali bosan dengan seduhan kopi hasil mesin yang monoton, hingga muncullah gagasan kembali menggunakan tangan untuk menghasilkan kopi dan menggantikan pompa air otomatis.

Jerman, tahun 1908, karena bosan minum kopi yang berampas, seorang penemu wanita asal Jerman bernama Melitta Bentz menciptakan alat pour-over kopi pertama. Terbuat dari tembaga dan menggunakan kertas buku tulis sebagai filternya, alat ini terus berevolusi dan menginspirasi kemunculan alat seduh kopi lainnya.



Gerak tangan manusia yang konsisten justru menghadirkan rasa “manusiawi” yang tidak didapatkan dari mesin. Istilah manual brew pun muncul untuk membedakan seduhan mesin dengan seduhan tangan manusia.

Di saat yang bersamaan, mesin espreso mengalami perkembangan yang cukup pesat. Namun karena harganya mahal dan cara pengoperasiannya yang lebih rumit, mesin espreso lebih banyak dipakai di kedai kopi besar. Electric coffee maker populer di kantor, hotel, dan restoran untuk menunjang ritme hidup yang cepat. Dan alat seduh manual banyak hadir di rumah-rumah dan kedai kopi untuk sentuhan yang lebih personal.