Mempererat Keharmonisan Lewat Umbul Mantram

1022
MEMPERERAT KEHARMONISAN LEWAT UMBUL MANTRAM

Soloevent.id – Sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan atas keberkahan yang dilimpahkan, sekaligus untuk mendoakan kelancaran Grebeg Sudiro 2017, Kelurahan Sudiroprajan menggelar ritual Umbul Mantram, Kamis (19/1/2017) malam.

Prosesi ini didahului dengan kirab yang menempuh rute Buk Teko-Kampung Kepanjen-Jl. Ir. Juanda-Jl.. Urip Sumoharjo-Jl. R.E. Martadinata-kantor Kelurahan Sudiroprajan. Rombongan kirab melibatkan tokoh masyarakat setempat, pemangku wilayah Kelurahan Sudiroprajan, panitia Grebeg Sudiro 2017, Padepokan Keris Brojobuwono, pemuda/pemudi Kelurahan Sudiroprajan, dan PKK Sudiroprajan.

Kirab tersebut mengarak 17 pusaka yang terdiri dari tombak dan keris, salah satunya yakni tombak Kyai Ageng Sudiroprajan. Selain itu ada juga gunungan buah dan palawija, iwen-iwen (hewan unggas), dedaunan, nasi tumpeng, ingkung, dan lainnya. Benda-benda tersebut menyimbolkan unsur alam dan kehidupan manusia.

Sesampainya di kantor Kelurahan Sudiroprajan, rombongan kirab disambut tarian dari Komunitas Saka Galeri yang diiringi pembacaan puji-pujian berbahasa Jawa. Selanjutnya, tombak Kyai Ageng Sudiroprajan diserahkan oleh perwakilan Padepokan Keris Brojobuwono, Empu Basuki, kepada tokoh masyarakat dan pemangku wilayah Kelurahan Sudiroprajan. Umbul Mantram kemudian disambung dengan pembacaan doa oleh lima pemuka agama.

Empu Basuki menerangkan, Umbul Mantram adalah salah satu warisan budaya yang berguna untuk menetralisir bala. Tak hanya itu, Umbul Mantram dapat membangun hubungan manusia dengan Tuhan, mempererat keharmonisan antarsesama, dan sebagai ajang instrospeksi. “Diharapkan dengan tiga keselarasan itu akan tercapai kemaslahatan hidup,” jelasnya.

Menurutnya, dalam konteks Grebeg Sudiro 2017, Umbul Mantram dapat semakin mempererat keharmonisan kultural antarwarga Kelurahan Sudiroprajan.  Hal senada juga diungkapkan oleh Camat Kecamatan Jebres, Tamso. Dalam sambutannya, ia mengatakan bahwa Grebeg Sudiro merupakan lambang pluralisme antara masyarakat Jawa dan Tionghoa.

Umbul Mantram diakhiri dengan pertunjukan Ketoprak Ngampung yang membawakan lakon “Guyub Wayah Esuk”.