Melihat Karya-karya Penuh Makna di Tumurun Private Museum

2809

Soloevent.id – Tumurun Private Museum, museum seni rupa milik keluarga pendiri PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), baru saja melakukan soft opening untuk publik pada Sabtu (14/4/2018). Hanya dibuka sehari, 300 pengunjung beruntung bisa melihat dari dekat karya-karya yang disimpan di museum tersebut.

Tidak hanya menampilkan karya yang memanjakan mata, koleksi-koleksi seni di Tumurun Private Museum juga sarat makna.

Memasuki area galeri, pandangan  langsung terfokus pada dua instalasi raksasa berwujud monster berkaki dengan banyak mata. Karya itu mengingatkan tentang minimnya privasi di media sosial. Media sosial diibaratkan mempunyai mata dan kaki yang bisa mengikuti, mendeteksi, dan mengawasi orang ke mana pun.

Karya berjudul “Changing Perspective” dari Wedhar Riyadi ini bisa dibilang paling mencolok di antara karya lainnya. Menurut pemilik Tumurun Private Museum, Iwan Kurniawan Lukminto, karya tersebut pernah ditampilkan di Artjog 10.

Beranjak ke salah satu dinding, ada karya milik Ivan Sagita yang sempat dipamerkan di National Gallery Singapura. Lukisan kontemporer beraliran surealis ini menangkap fenomena klasik manusia. Sesuai judulnya, “Manusia yang Topeng” menggambarkan manusia dikendalikan oleh orang lain atau memiliki dua muka.

Beralih ke karya lukis kontemporer, karya berjudul “The Abstract Between (255,6,6) and (14,1,1)” dari Aditya Novali cukup menarik perhatian. Seniman muda dari Solo ini menumpahkan kreativitasnya  lewat lukisan abstrak di atas media plexiglass. Terkesan minimalis dengan garis-garis yang dibuat sangat presisi, tetapi belakangnya terlihat ada emosi mendalam dari goresan tinta merah.

Satu yang spesial adalah karya milik Eddy Susanto yang berjudul “Melencolia I”. Wawan – sapaan Iwan Kurniawan Lukminto – mengaku butuh waktu lama hingga ia bisa mendapatkan karya tersebut.

“Saya sampai merayu galeri yang dulu menyimpannya cukup lama. Galerinya menilai ini karya penting dan sebenarnya tidak mau dijual. Tapi setelah tahu akan dikoleksi oleh museum, akhirnya beliau mau,” ceritanya dalam jumpa pers.

“Melencolia I” menceritakan polarisasi kekuasaan Eropa yang memiliki kesamaan situasi dengan sejarah Babad Tanah Jawi di abad 16. Yang unik, jika dilihat dari dekat, lukisan ini memiliki pola yang dibentuk oleh aksara Jawa.

Sekitar 100 koleksi lukisan Tumurun Private Museum dibagi menjadi dua divisi, yakni modern art dan kontemporer. Lukisan-lukisan tersebut berasal dari pelukis senior dan muda Indonesia, seperti Affandi, Sudjojono, Ahmad Sadali, Aditya Novali, Eddy Susanto, Eko Nugoho, dan lainnya. Ada juga karya dari pelukis Eropa yang pernah ke Indonesia di rentang tahun 1923 hingga 1980.