Kisah Wayang Beber Dan Cerita Rakyat Dilukis Di Atas Kaca

1216
KISAH WAYANG BEBER DAN CERITA RAKYAT DILUKIS DI ATAS KACA

KISAH WAYANG BEBER DAN CERITA RAKYAT DILUKIS DI ATAS KACA

Soloevent.id – Di ruang pamer Bentara Budaya Balai Soedjatmoko, mahasiswa Jurusan Kriya Seni Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta angkatan 2013 menyuguhkan karya-karyanya dalam sebuah pameran bertajuk Berkaca: Beber dalam Kaca.

Acara yang berlangsung pada 15-19 Mei 2016 ini menampilkan 38 karya lukis kaca. Mayoritas obyek lukisan yang ditontonkan kepada khalayak ramai diambil dari Wayang Beber tentang kisah Panji Asmara Bangun dan Dewi Sekartaji. Dalam menentukan obyeknya, para mahasiswa bertumpu pada 24 jagong (adegan) yang ada dalam cerita itu.

Menurut salah seorang peserta sekaligus panitia pameran Berkaca: Beber dalam Kaca, Ida Fitriya, dalam proses pembuatannya, para pengkarya membuat lukisan dengan cara mengeblat. “Wayang Beber kan udah pakem. Jadi kami tinggal ngeblat secara mirror [terbalik] menggunakan drawing pen,” jelasnya kepada Soloevent, Rabu (18/5/2016).

Selain kisah romansa Panji Asmara Bangun dan Dewi Sekartaji, ada juga peserta yang menampilkan karya-karya pengembangan. Karya tersebut berkiblat pada cerita-cerita rakyat Indonesia. Walaupun mengusung cerita rakyat, tetapi obyek lukis tetap diwujudkan ke dalam ciri khas Wayang Beber. Ida mengatakan, terdapat 10-an karya pengembangan yang dipamerkan. Karya-karya itu antara lain “Jaka Tarub”, “Pembebasan Shinta”, “Legenda Gunung Kelud”, dan lain-lain.

Dari 38 lukisan yang dipajang, terdapat dua karya dosen Kriya Seni ISI Surakarta. Dosen bernama Kuntadi Wasi D. itu menyajikan lukisan berjudul “Pawukon I” dan “Pawukon II”. Berbeda dari anak didiknya, sang dosen coba melukis di atas media cermin.

Bagi perempuan 21 tahun tersebut, yang menjadikan lukis kaca terlihat unik adalah obyek lukisnya, terutama saat proses pembuatan. “Bagi saya prosesnya sedikit sulit. Soalnya kalau salah, enggak bisa ditambahi gambar lagi. Kalau pecah ya harus mencari kaca lagi,” beber dia.

Sedangkan bagi satu peserta lainnya, Kurniawan Yunianto, ciri khas dari lukis wayang adalah adanya sunggingan atau gradasi. “Jumlah sunggingan menentukan kualitas lukisan. Paling sedikit sih biasanya tiga sunggingan,” terangnya.

Kurniawan menuturkan, proses penggradasian lukis kaca hampir sama dengan lukis kanvas. Namun, salah satu yang membedakan adalah bahannya. Lukis kaca menggunakan cat besi. “Pewarnaan tidak harus sesuai pakem Wayang Beber. Dalam proses pewarnaan terserah kreasi mahasiswa,” imbuhnya.

Lelaki 21 tahun itu menyampaikan, pameran ini mengusung Wayang Beber dan cerita-cerita rakyat lainnya karena disesuaikan dengan institusinya. “ISI Surakarta kan concern terhadap budaya. Jadi pameran ini harus memunculkan sesuatu yang bersifat tradisi,” ungkapnya.